Tuesday, February 25, 2014

Pencemaran Udara dan Sumber Pencemaran



Pencemaran Udara dan Sumber Pencemaran
Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian pencemaran udara. Selanjutnya juga akan diuraikan bagaimana mengidentifikasi sumber pencemaran udara dan jenis zat pencemarnya, selain itu juga dijelaskan bahwa pencemaran udara dapat timbul karena suara dan bau. Dalam bab ini juga diuraikan tentang gangguan kesehatan yang ditimbulkan karena pencemaran yang disebabkan oleh suara (kebisingan) dan bau.
Udara mempunyai peran penting di dalam kehidupan. Udara merupakan campuran beberapa gas dan partikel yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Dalam udara terdapat gas oksigen yang digunakan untuk bernafas, gas karbondioksida untuk fotosintesis, dan lapisan ozon untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari. Salah satu dampak dari adanya peningkatan jumlah populasi manusia dan perkem­bang­­an teknologi adalah munculnya masalah lingkungan yaitu pencemaran. Pencemaran dapat terjadi di lingkungan udara, air, dan tanah. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara.
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di muka bumi. Pencemaran udara tidak hanya mempengaruhi kesehatan manusia saja, namun juga memberi dampak pada makhluk hidup lain seperti tumbuhan dan hewan.   

1.   Pencemaran udara
     Pencemaran udara atau disebut juga dengan polusi udara adalah proses masuk­nya polutan (bahan pencemar) ke dalam lapisan udara (atmosfer) sehingga dapat menurunkan kualitas lingkung­an udara tersebut. Pada dasarnya, secara alamiah alam mampu mengurangi polutan yang masuk ke lingkungannya untuk diubah menjadi suatu zat yang tidak berbahaya dan diperlukan untuk kehidupan di bumi ini. Namun, apabila jumlah zat polutan yang masuk ke dalam lingkungan telah melebihi batas normal yang dapat ditolerir oleh lingkungan maka terjadilah peristiwa yang disebut dengan pence­mar­an. Konsentrasi polutan yang masuk ke lingkungan sudah tidak sebanding lagi dengan laju proses penguraiannya, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran.
     Pencemaran yang disebabkan oleh gas karbondioksida adalah salah satu contoh ketidakseimbangan saat ini yang terjadi di alam. Secara alami gas karbondioksida (CO2) diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tumbuhan untuk menghasilkan gas oksigen. Gas oksigen sangat diperlukan oleh manusia dan hewan, karena digunakan untuk proses pernafasan. Gas karbondioksida berasal dari berbagai proses pembakar­an yang berlangsung secara sempurna. Jumlah gas karbondioksida yang dikeluarkan semakin hari semakin bertambah karena proses pembakaran juga semakin meningkat. Banyaknya kendaraan bermotor, kebakaran (sengaja ataupun tidak), dan banyaknya pabrik yang berproduksi, menyebabkan jumlah gas karbondioksida semakin meningkat. Peningkatan ini tidak disertai dengan meningkatnya jumlah tanaman atau tumbuhan yang dapat mengelimi­nasi atau mengurangi jumlah karbondioksida di udara. Akibatnya terjadi ketidakseim­bangan alam, jumlah CO2 yang dikeluarkan lebih besar daripada yang dimanfaatkan oleh tumbuhan, sehingga terjadilah pencemaran udara.
     Pencemaran udara terutama terjadi di kota-kota besar, daerah yang padat lalu lintasnya, dan kawasan padat industri. Pencemaran dapat terjadi dimana-mana, di dalam ruang maupun di luar ruangan. Bila pencemaran terjadi di dalam rumah, ruang sekolah atau perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan apabila pencemaran terjadi di luar ruangan disebut dengan outdoor pollution. Pencemaran dapat terjadi secara lokal (lingkup kecil), nasional (lingkup yang agak besar), regional (lingkup lebih besar), ataupun secara global (atau di seluruh permukaan bumi). Dapatkah kalian menyebutkan satu contoh dari masing-masing pencemaran yang terjadi baik secara lokal, nasional, regional, atau global? Diskusikan bersama guru dan teman kalian! Mengapa disebut pencemaran lokal, nasional, regional, ataupun global? Siapa yang merasakan dampak dari pencemaran tersebut?
     Dampak dari pencemaran udara terutama adalah mengganggu kesehatan makhluk hidup atau bahkan dapat menyebabkan timbulnya kematian bagi makhluk di lingkungan udara yang tercemar. Pencemaran juga menimbulkan dampak kerusakan pada benda-benda yang ada di lingkungan yang tercemar. Dampak tersebut ada yang tidak langsung terlihat, namun tidak sedikit dampaknya baru terasa setelah bertahun-tahun atau bahkan menurun ke anak cucunya.
     
  2.  Sumber pencemaran udara dan jenis zat pencemarnya
     Sumber pencemaran udara berasal dari aktivitas alam dan kegiatan manusia. Aktivitas alam seperti letusan gunung berapi, pembusukan zat secara alami, serta kebakaran hutan yang tidak disengaja dapat menimbulkan masalah pencemaran udara. Sedangkan aktivitas manusia akan memberikan sumbangan terbesar bagi terciptanya masalah pencemaran udara. Aktivitas manusia antara lain dari aktivitas industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, merokok, dan lain-lain.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut dengan polutan. Sumber pencemar udara dapat digolongkan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam misalnya gunung meletus, asap dari penggorengan di dapur, sedangkan sumber bergerak misalnya kendaraan bermotor. Polutan dapat berpindah tempat karena bantuan angin dan hujan. Angin menyebabkan pencemaran dapat menyebar kemana-mana. Hujan sebenarnya adalah pembersih alami. Dengan adanya hujan, maka polutan dapat turun ke bumi dan masuk ke dalam air atau tanah, dan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman atau ikan di dalam air. Namun, jika dalam udara mengandung kadar polutan yang sangat tinggi maka hujan membawa polutan yang berbahaya bagi air, tanah, serta makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.
Sumber pencemar dapat berupa gas dan partikel. Zat pencemar yang sering dijumpai di lingkungan perkotaan adalah berupa gas CO2, CO, SO2, NO2, partikel debu, dan logam Pb. Selain itu, bau dan suara dapat menimbulkan pencemaran udara.
            Gas karbondioksida adalah gas yang dihasilkan dari semua proses pembakaran yang terjadi secara sempurna. Semakin tahun jumlah gas CO2 yang dilepaskan ke udara semakin meningkat. Sumbangan terbesar gas CO2 adalah berasal dari kendara­an bermotor. Gas CO2 sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung pada kesehatan manusia, namun dampak yang terjadi dengan adanya peningkatan gas CO2 memberi­kan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan. Gas CO2 dapat meningkatkan suhu bumi sehingga dapat menyebabkan pemanasan global. Jika terjadi secara terus mene­rus dan tidak ada upaya untuk mengurangi bertambahnya kadar CO2 yang masuk udara, maka diprediksi akan terjadi pencairan gunung es, naiknya permukaan air laut, dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim.
            Gas CO (karbonmonoksida) diperoleh dari pembakaran yang tidak sempurna. Misalnya memanaskan mobil di dalam ruang yang tertutup dapat menimbulkan gas CO. Apabila keracunan gas CO dapat mengakibatkan pusing, pingsan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan gas CO dalam tubuh lebih mudah berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah. Darah di dalam tubuh yang normal seharusnya mengangkut gas oksigen, namun jika terdapat gas CO maka darah akan lebih mudah membawa gas CO, sehingga dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera mendapat pertolongan.
            Gas SO2 dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, bensin, solar, dan batubara. Keberadaan kedua gas tersebut di udara dapat menyebab­kan hujan yang turun di daerah yang mengandung kadar SO2 dan NO2 tinggi dapat menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat mengakibatkan tumbuhan dan hewan yang hidup di dalam tanah mati, besi dan logam mudah berkarat, dan bangunan kuno seperti candi menjadi cepat rusak. Selain itu, kadar SO2 yang tinggi dapat menyebab­kan gangguan pada pertumbuhan tanaman seperti menguning­nya daun dan kerdilnya tanaman.
Partikel debu secara alami dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau dari letusan gunung berapi. Partikel debu dapat berada di udara melayang-layang dalam waktu yang relative lama, sehingga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel debu dapat mengandung berbagai senyawa kimia, dan mempunyai ukuran yang berbeda tergantung dari sumber emisi­nya. Partikel selain debu, dapat berupa asap. Asap berasal dari pembakaran batubara, proses industri, pembakaran sampah, kendaraan bermotor, dan asap rokok. Bahkan dalam asap rokok tidak hanya mengandung satu jenis senyawa yang berbaha­ya, namun dapat mengandung lebih dari dua senyawa yang berbahaya. Asap rokok justru akan memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap orang yang tidak merokok tetapi langsung menghirup asap rokok. Orang yang demikian disebut dengan perokok pasif, sedangkan orang yang melakukan kegiatan merokok disebut dengan perokok aktif. Asap rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, batuk kronis, bahkan pada ibu hamil dapat mempengaruhi janin dalam kandungannya.
            Logam Pb di udara salah satunya yang dapat terkandung di dalam partikel debu. Logam Pb diperoleh dari hasil emisi pembakaran bahan bakar bensin yang mengan­dung Pb. Partikel Pb dalam bensin berupa senyawa organic yaitu Pb-tetraetil yang berfungsi untuk menaikkan bilangan oktan dari bensin. Polutan Pb yang masuk ke dalam tubuh dapat menghambat sistem pembentukan haemoglobin (Hb) dalam darah, merusak fungsi hati dan ginjal, serta penyebab kerusakan syaraf.

Pengaruh Kebisingan dan Bau terhadap Kesehatan
            Selain gas dan partikel yang dapat menyebabkan pencemaran udara, bau dan kebisingan juga dapat menimbulkan masalah pencemaran udara. Mengapa bau dan suara dapat menimbulkan pencemaran? Dari mana asal terjadinya bau dan suara yang dapat menyebabkan udara menjadi tercemar? Apa dampak dari pencemaran udara yang disebabkan oleh bau dan suara?
            Udara yang bersih atau tidak tercemar bersifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Udara yang berbau menunjukkan terjadinya pencemaran udara. Bau dapat berasal dari peristiwa biologis seperti terjadinya proses pembusukan tumbuhan atau bangkai. Gas yang dilepaskan dari bau busuk tersebut biasanya mengandung gas H2S atau gas amoniak (NH3). Selain proses alami, tumpukan sampah juga akan menyebabkan bau busuk. Apakah pengambilan sampah di lingkungan sekitar kalian rutin dilakukan? Apa yang terjadi apabila tukang sampah tidak mengambil tumpukan sampah di sekitar rumahmu selama 1 hingga 2 hari? Bagaimana bau yang timbul di sekitar rumahmu jika hal tersebut terjadi?
Sampah adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Tumpukan sampah terutama yang berasal dari sampah organik jika dibiarkan lama kelamaan akan menimbulkan bau busuk. Pernahkah kalian berada di lokasi penimbunan sampah? Tempat Pembuangan Akhir pastilah banyak sampah yang terkumpul dalam jumlah yang sangat besar. Apa yang terjadi jika tidak ada tempat pembuangan akhir dari sampah? Apa yang terjadi jika sampah dibiarkan saja, tanpa diolah atau diperlakukan?
Bau busuk yang berasal dari sampah juga merupakan proses biologis yang dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme melakukan penguraian secara alami untuk mengubah senyawa menjadi zat yang lebih sederhana. Timbunan sampah selain menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, juga dapat menghasilkan gas metana (CH4). Bau busuk yang timbul dari sampah dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Binatang lalat juga membantu penyebaran terjadinya penyakit. Melalui udara, bau yang timbul dari sampah dapat menyebabkan kepala pusing, sesak nafas, dan dapat menim­bulkan mual bagi orang yang menghirupnya.
            Bunyi atau suara juga dapat menyebabkan pencemaran udara jika melampaui batas pendengaran manusia. Bunyi merupakan gelombang zat yang sampai ke telinga manusia. Bising merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
            Sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor seperti saat menyalakan klakson, bunyi knalpot yang memekakkan telinga, atau banyaknya mobil yang berlalu lalang. Sumber transportasi lain yang juga dapat menyebabkan kebisingan adalah kereta api dan penerbangan. Kebisingan juga dapat terjadi dari sumber yang diam seperti pada kegiatan konstruksi yaitu mesin pengaduk semen, penghancuran material, atau pemadatan tanah. Dari kegiatan perindustrian, alat-alat industri, mesin, dan diesel juga dapat menyebabkan kebisingan. Acara live music yang menggunakan sound system atau alat pengeras suara yang memekakkan telinga juga penyebab terjadinya kebisingan. Tahukah kalian bahwa kegaduhan di ruang kelas juga dapat menyebabkan kebisingan? Apa dampak yang terjadi karena kebisingan?
            Dampak yang timbul karena kebisingan dapat mengganggu kesehatan. Kebisingan dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah, yang mengakibatkan timbulnya rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan mudah emosi. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam acara musik yang digelar di panggung dapat memicu terjadinya pertengkaran diantara penonton.
            Kebisingan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dapat meniumbulkan tuli sementara. Namun, jika terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan tuli yang bersifat permanen. Bahkan akan terjadi kerusakan sebagian atau seluruh alat pende­ngar­an jika intensitas kebisingan sangat tinggi. Jadi, jangan menganggap terlampau remeh terhadap kebisingan yang timbul, karena dengan meningkatnya usia, kebisingan dapat menyebabkan penurunan daya dengar yang akhirnya dapat mengakibatkan ketulian yang permanen.

Rangkuman
Udara mempunyai peran penting di dalam kehidupan. Udara merupakan campuran beberapa gas dan partikel yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Dalam udara terdapat gas oksigen yang digunakan untuk bernafas, gas karbondioksida untuk fotosintesis, dan lapisan ozon untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari.
Salah satu dampak dari adanya peningkatan jumlah populasi manusia dan perkem­bang­­an teknologi adalah munculnya masalah lingkungan yaitu pencemaran. Pencemaran dapat terjadi di lingkungan udara, air, dan tanah. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara. Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak negatif bagai kehidupan di muka bumi. Pence­maran udara tidak hanya mempengaruhi kesehatan manusia saja, namun juga memberi dampak pada makhluk hidup lain seperti tumbuhan dan hewan.   

Kasus/Permasalahan

1.    Sebutkanlah gas polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor!
2.   Mengapa udara bisa berbau busuk? Jelaskanlah prosesnya!
3.   Apa sajakah sumber-sumber kebisingan?
4.   Dari manakah gas CO ditimbulkan?
5.   Apa dampak negatif dari pencemaran udara?
6.   Adakah hubungan antara pencemaran udara dengan perubahan iklim?
7.   Apa dampak kebisingan terhadap kesehatan?
8.   Apa tanda-tanda jika udara tercemar?
9.   Warna hitam pada knalpot kendaraan bermesin diesel menunjukkan gas apa?
10.  Mengapa orang-orang yang bekerja pada tempat bising sering mengidap tuli?

H U T A N DAN PERMASALAHANNYA

Kerusakan hutan di Indonesia menurun dari 2,83 juta hektar per tahun menjadi 1,08 juta ha per tahun atau menurun 60 persen. Keberhasilan itu setelah Departemen Kehutanan (Dephut) menggalakkan gerakan penghijauan nasional selama tiga tahun (2004-2007), kata Kepala Pusat Informasi Dephut, Ir Masyhud kepada wartawan di Jambi, Kamis. Dephut selama dua hari di Jambi (13-14 Agustus 2008) menggelar konsultasi publik menggalakkan program nasional "Indonesia Menanam Satu Juta Pohon" pada 2008 dalam rangka Kebangkitan Indonesia 100 tahun. Masyhud menjelaskan, degradasi hutan di Indonesia berhasil diturunkan selama tiga tahun itu dengan menggerakkan program penghijauan dengan menanam 2 miliar lebih pohon.
Program penghijauan itu dicanangkan melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) dan Indonesia Menanam dengan semboyan "Kecil Menanam, Besar Memanen", "Tebang Satu Tanam Seribu", serta "Santri Menanam, Kyai Memanen, Anak dan Cucu Memanen".
Sejumlah peneliti asing menyebut gerakan penghijauan nasional menu­runkan tingkat degradasi menjadi 70.000 ha per tahun. Pa­­da 2005 tutupan hutan atas keberhasilan penghijauan mencapai 80 juta hektar. Lahan kritis dari kerusakan 59,2 juta hektar per tahun menurun menjadi 30 juta ha per tahun. Sedangkan, pada 2007 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Indonesia Hijau di Jonggol menargetkan menanam 79 juta pohon, namun terealisasi melebihi target yaitu 86,9 juta ha. Sementara Gerakan Perempuan Menanam yang dicanangkan Ibu Ani Yudhoyono dari target 10 juta pohon ternyata bisa mencapai penanaman pohon 14,1 juta. Keberhasilan itu terlihat karena antusias dan kian tingginya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan, sebab akibat kerusakan hutan selama ini telah menyengsarakan semua pihak seperti bencana alam banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan. Bencana itu tidak hanya mengalami kerugian materi cukup besar, tapi juga banyak korban manusia. Karenanya pada 2008 dalam Gerakan Indonesia Hijau dalam rangka Kebangkitan Indonesia 100 tahun menargetkan penanaman 100 juta pohon.

Fungsi Hutan
Secara etimologis, hutan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, berarti kumpulan rapat pepohonan dan berbagai tumbuhan lainnya dalam suatu wilayah tertentu. Hutan adalah habitat bermacam spesies tumbuhan, spesies hewan, beberapa kelompok etnik manusia, yang berinteraksi satu sama lain, sekaligus dengan lingkungan sekitarnya. Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuhan, atau kelompok etnik tertentu yang meninggalinya saja. Setidaknya ada tiga manfaat hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas. Tiga manfaat tersebut adalah: hutan sebagai tempat resapan air; hutan sebagai payung raksasa; hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan sebagai-wadah-kebutuhan-primer.  
Sebagai tempat resapan air, hutan merupakan daerah penahan dan area resapan air yang efektif. Banyaknya lapisan humus yang berpori-pori dan banyaknya akar yang berfungsi menahan tanah, mengotimalkan fungsi hutan sebagai area penahan dan resapan air tersebut. Kerusakan hutan bisa menyebabkan terganggunya fungsi hutan sebagai penahan air. Daerah dan habitat sekitar hutan yang rusak itupun sewaktu-waktu bisa ditenggelamkan banjir. Selain itu, kerusakan hutanpun akan membuat fungsi hutan sebagai area resapan terganggu. Ketiadaan area resapan ini bisa menimbulkan kelangkaan air yang bersih dan higienis, atau air siap-pakai.
Selain fungsinya sebagai tempat resapan air, hutan berfungsi pula sebagai 'payung raksasa'. Rapatnya jarak antara tetumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya, juga rata-rata tinggi pohon di segenap lokasinya, berguna untuk melindungi permukaan tanah dari derasnya air hujan. Tanpa 'payung raksasa' ini, lahan gembur yang menerima curah hujan tinggi lambat laun akan terkikis dan mengalami erosi. Maka, dengan begitu, daerah-daerah sekitarnyapun akan rentan terhadap bahaya longsor.
Jika manfaat hutan sebagai daerah resapan terkait dengan keseimbangan kondisi air, bila fungsinya sebagai 'payung raksasa' terkait dengan kondisi tanah permukaan, maka sebagai 'paru-paru dunia' hutanpun 'bertanggung-jawab' atas keseimbangan suhu dan iklim. Kemampuan hutan hujan dalam menyerap karbondioksida, membuat suhu dan iklim di bumi selalu seimbang. Seandainya fungsi hutan sebagai 'paru-paru-nya dunia' itu terganggu, suhu dan iklim di bumi akan selalu bergerak ke titik ekstrem: kadang temperaturnya terlalu rendah, kadang temperaturnya bisa terlalu tinggi.
Karena hutan kaya akan hasil bumi, hutanpun menyimpan manfaat bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan pokoknya. Rotan, madu, tanaman obat-obatan, dan banyak jenis sumber hayati lainnya, membuat hutan pantas dijuluki sebagai 'warung hidup' atau 'apotek hidup' besar. Dengan hutan hujan tropis yang sangat luas, rakyat Indonesia seharusnya tercukupi dalam hal kebutuhan pokok, terutama oleh sumber nabati dan hewani yang banyak terdapat di dalam hutannya.
Melihat lokasinya, hutan bumi terbagi dalam tiga kelompok besar: hutan tropis, hutan subtropis (temperate), dan hutan boreal. Brazil dan  Indonesia adalah negara dengan hektaran hutan tropis terluas di dunia. Luas lahan hutan Indonesia sendiri adalah 140,3 juta Ha, dengan rincian: 30,8 juta Ha hutan lindung; 18,8 juta Ha cagar alam dan taman nasional; 64,3 juta Ha hutan produksi; 26,6 juta Ha hutan yang dialokasikan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian, perumahan, transmigrasi dan lain sebagainya. Dari data dan rincian tersebut, berarti sekitar 54% dari total luas daratan negara kita adalah hutan.

Kerusakan Hutan       
Kerusakan hutan  adalah kegiatan pembalakan hutan, merupakan kegiatan yang merusak  terhadap kondisi hutan setelah penebangan, karena di luar dari perencanaan yang telah ada. Kerusakan hutan kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan.
Kerusakan hutan berdampak negatif dan dan positif. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan hutan antara lain:
1.    Kerusakan hutan karena perbuatan manusia secara sengaja.
2.   Kerusakan hutan karena hewan dan lingkungan.
3.   Kerusakan hutan karena serangan hama dan penyakit.
Kerusakan hutan telah menimbulkan perubahan kandungan hara dalam tanah dan hilangnya lapisan atas tanah yang mendorong erosi permukaan dan membawa hara penting bagi pertumbuhan tegakan. Terbukanya tajuk ikut menunjang segara habisnya lapisan atas tanah yang subur dan membawa serasah sebagai pelindung sekaligus simpanan hara sebelum terjadinya dekomposisi oleh organisme tanah.
Terjadinya kerusakan hutan, apabila terjadi perubahan yang menganggu fungsi hutan yang  berdampak negatif, misalnya: adanya pembalakan liar (illegal logging) menyebabkan terjadinya hutan gundul, banjir, tanah lonsor, kehidupan masyarakat terganggu akibat hutan yang jadi tumpuhan hidup dan kehidupanya tidak berarti lagi serta kesulitan dalam memenuhi ekonominya.
Banyak hutan sebagai resapan air di sekitar Jakarta yang telah berubah fungsi menjadi Real Estate, kompleks perkantoran atau apartemen, dan pusat perbelanjaan megah. Titik-titik resapan yang diubah fungsinya itu diantaranya adalah : kawasan Puncak, Cipayung, Bogor, dan Depok. Pengerasan tanah akibat pendirian gedung-gedung perkantoran, kompleks perumahan, lapangan parkir di bekas daerah hutan pegunungan tersebut, memberikan andil besar atas terjadinya banjir di kawasan Jabotabek. Tanpa area resapan dan penahan air yang mumpuni, terjadi ketidakseimbangan sistem input dan output air tanah di Jakarta dan sekitarnya. Karena ketidakseimbangan itu, air hujan yang deras mengguyur kota mengalir langsung sebagai air permukaan. Air bah itu akan berkelok-kelok di sekujur selokan, lalu meluapkan sungai di daerah-daerah tertentu, sehingga akhirnya mengalir ke laut.
Pengabaian masyarakat terhadap manfaat hutan sebagai 'payung raksasa'-pun telah membuat berbagai daerah di Indonesia mengalami musibah longsor. Salah satu contoh tragis adalah musibah longsor yang terjadi di Pulau Nias, tahun 2001, empat tahun yang lalu. Musibah banjir dan longsor yang menelan puluhan korban jiwa dan ratusan rumah penduduk itu, ternyata disebabkan oleh rusaknya 95.000 hektar hutan di hulu Sungai Masio, Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Padahal, menurut Gubernur Propinsi Sumatera Utara ketika itu, tidak ada izin yang dikeluarkan untuk mengeksploitasi hutan yang menjadi daerah tangkapan air dan daerah aliran sungai (DAS) Sungai Masio. Menurutnya, kawasan yang meliputi hutan lindung dan hutan produksi itu mengalami kerusakan berat oleh ulah para penebang liar.
Jika dampak yang ditimbulkan oleh karena pengabaian terhadap dua fungsi hutan yang dipaparkan diatas scope-nya masih tergolong lokal, maka pengabaian masyarakat terhadap fungsi hutan sebagai 'paru-paru' dunia menimbulkan dampak global yang sungguh-sungguh memprihatin­kan. Bagaimana tidak? Sebab kerusakan hutan hujan tropika Indonesia yang termasuk terluas di dunia itu, iklim dan suhu bumi akan bergerak diantara titik-titik ekstrem, zat karbon menjadi tidak ternetralisir, dan bahkan eksesnya bisa sampai memicu badai global di seantero dunia. Badai global tersebut dipicu dari ketiadaan 'media alamiah' (hutan) yang bisa menyerap gas karbon dioksida. Sehingga, jumlah karbon menjadi tidak seimbang, dan gas karbon dioksida pada atmosfirpun tidak bisa dikonversi menjadi gas oksigen yang mencukupi bagi bumi.
Karena sifat gas karbon yang bisa mengurung panas (seperti rumah kaca), maka suhu atmosfir bumi terus naik sampai ke titik panas yang ekstrem. Terjadilah pergeseran arus gelombang panas di laut yang kemudian memicu terjadinya perubahan tekanan, yang lalu menimbulkan angin besar (badai). Tak hanya sampai disitu, kenaikan suhu atmosfir bumi itupun bisa menimbulkan banjir besar di berbagai kawasan, karena salju di kutub ataupun salju abadi yang meliputi puncak-puncak gunung tertentu terus mencair.

Rangkuman
Kerusakan hutan telah menimbulkan perubahan kandungan hara dalam tanah dan hilangnya lapisan atas tanah yang mendorong erosi permukaan dan membawa hara penting bagi pertumbuhan tegakan. Terbukanya tajuk iokut menunjang segara habisnya lapisan atas tanah yang subur dan membawa serasah sebagai pelindung sekaligus simpanan hara sebelum terjadinya dekomposisi oleh organisme tanah.
Terjadinya kerusakan hutan, apabila terjadi perubahan.yang menganggu fungsi hutan yang  berdampak negatif, misalnya: adanya pembalakan liar (illegal logging) menyebabkan terjadinya hutan gundul, banjir, tanah lonsor, kehidupan masyarakat terganggu akibat hutan yang jadi tumpuhan hidup dan kehidupanya tidak berarti lagi serta kesulitan dalam memenuhi ekonominya.

Kasus/Permasalahan
1.    Sebutkanlah tiga manfaat hutan!
2.   Sebutkan 3 faktor penyebab kerusakan hutan!
3.   Apa yang dimaksud illegal logging?
4.   Apa dampaknya jika hutan menjadi rusak?
5.   Bagaimana pendapat anda cara memulihkan kerusakan hutan?
6.   Indonesia termasuk paru-paru dunia. Apa maksudnya?
7.   Apa kaitannya antara tanah longsor dengan penggundulan hutan/ Jelaskan.

Pencemaran Sungai dan Danau



Ketika jumlah manusia di bumi masih sedikit, kondisi alam masih mampu menanggulangi sendiri berbagai kerusakan dan pencemaran yang timbul karena perilaku manusia. Secara alami, karena intensitas kerusakan dan pencemaran masih ringan, maka alam masih dapat mengatasi dengan sendirinya, berupa pemurnian kembali segala bentuk pencemaran dan kerusakan yang dialami. Kemampuan alam dalam menjernihkan kembali pencemaran disebut dengan istilah purifikasi.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitasnya, mengakibatkan intensitas perusakan dan pencemaran semakin mening­kat. Hal itu disebabkan pertumbuhan jumlah manusia yang sangat tinggi menuntut tersedianya kebutuhan hidup yang lebih tinggi. Akibatnya manusia melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya air. Dalam hal ini, disatu sisi alam rusak oleh eksploitasi, disisi lain manusia membuang sisa sampah/limbah ke alam, sehingga akan mencemari alam. Perusakan alam oleh aktivitas manusia pada badan-badan air (pencemaran) merupakan salah satu masalah yang tengah melanda di berbagai tempat di muka bumi.
Sebagai contoh, pada tahun 2006 dan 2007 kualitas air Sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Ngawi tercemar berat. Berdasarkan hasil penelitian Perum Jasa Tirta I di aliran Sungai Bengawan Solo yang diperoleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi, parameter BOD (biochemical oxygen demand), COD (chemical oxygen demand), dan DO (dissolved oxygen) melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Ada tiga titik sungai yang diteliti oleh Perum Jasa Tirta I, yaitu di Kajangan (sebelum Bengawan Solo bertemu Sungai Bengawan Madiun), di Dungus (pertemuan Bengawan Solo dan Bengawan Madiun), dan di Napel (setelah aliran Bengawan Solo bersatu dengan Bengawan Madiun). Di ketiga titik ini, parameter BOD, COD, dan DO pada tahun 2006 dan 2007 melebihi ambang baku mutu. Tingginya tingkat pencemaran berbahaya bagi kesehatan manusia yang menggunakan air tersebut dan juga membahayakan kehidupan makhluk hidup lainnya.

Sumber Pencemaran Sungai dan Danau

Bahan pencemar sungai dan danau berasal dari bermacam-macam sumber, yaitu dari rumah tangga (domestik), kegiatan pertanian, kegiatan industri, dan sebagainya.

1.        Limbah Domestik
       Limbah domestik merupakan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti mencuci, mandi, memasak,  kakus, dan kegiatan sanitasi lainnya. Menurut BLH Jawa Timur limbah domestik merupakan sumber pencemar sungai terbesar, karena pencemaran sungai di kota-kota besar di Indonesia rata-rata 60 persen berasal dari limbah domestik, yakni dari sanitasi, sampah, detergen, dan sebagainya. Dari tahun ke tahun pencemaran yang berasal dari limbah domestik selalu mengalami peningkatan, baik dari segi volume limbah maupun segi kualitasnya.
      Contoh pencemaran domestik adalah pencemaran yang terjadi di hilir Kali Brantas, yaitu di Desa Cangkir dan Driyorejo, Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Pencemaran yang terjadi di tempat tersebut sudah semakin mengkhawatirkan. Menurut Direktur Ekesekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan-lahan Basah atau Ecoton, Prigi Arisandi, faktor yang menyebabkan pencemaran tersebut adalah jumlah  populasi penduduk di dua desa yang mencapai 10.000 jiwa, telah menyumbangkan limbah cair dan limbah padat berupa sampah domestik setara dengan limbah industri. Limbah ini dapat mencemari karena masyarakat lebih suka membuang limbah ke badan air terutama sungai.

2.       Limbah Pertanian
       Limbah pertanian merupakan limbah yang berasal dari kegiatan bidang pertanian. Limbah pertanian berasal dari sisa pupuk dan obat pemberantasan hama (insektisida). Limbah pertanian juga termasuk limbah yang berasal dari kegiatan peternakan. Limbah peternakan berasal dari sisa makanan ternak, kotoran ternak, dan obat-obatan untuk ternak.  Limbah pertanian dapat mencemari sungai dan danau/waduk karena limbah terbawa oleh aliran keluar sawah dan aliran air hujan. Sedangkan limbah peternakan dapat mencemari sungai dan danau karena para peternak biasanya suka membuang limbahnya ke badan air seperti sungai dan danau. Limbah pertanian dan peternakan memberi sumbangan pencemaran air sungai cukup besar yaitu sekitar 10 persen dari total limbah pencemar.
3.       Limbah Industri

      Limbah industri berasal dari buangan pabrik/industri. Limbah ini menjadi sumber pencemar sungai dan danau karena kebanyakan pabrik kebanyakan berada di dekat sungai; atau jika lokasinya agak jauh, mereka tertu memiliki akses berupa saluran pembuang limbah yang mengarah ke sungai. Limbah industri dibuang ke sungai terutama dalam bentuk limbah cair. Menurut catatan BLH Jatim, limbah industri merupakan sumber pencemar sungai yang besar, karena limbah ini turut menyumbang 30 persen dari total pencemaran air sungai.

Sungai yang mengalami pencemaran akibat limbah industri adalah Sungai Brantas. Data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur,  dari total limbah cair yang dibuang di Kali Brantas sebesar 150 ton per hari, ternyata 45% limbah tersebut berasal dari limbah industri. Oleh karena sumbangan limbah industri sangat besar maka limbah industri selalu diawasi secara ketat oleh pemerintah, yang operasionalisasinya dilakukan oleh BLH Jawa Timur.

 

Dampak Pencemaran Sungai dan Danau

Pencemaran sungai dan danau/waduk banyak menimbulkan kerugian baik pada kondisi lingkungan sungai maupun penduduk di sekitarnya. Jika kedua badan air tersebut tercemar, maka kondisi lingkungan di sekitarnya menjadi rusak. Selain itu kehidupan penduduk juga mengalami gangguan. Adapun dampak langsung dari pencemaran sungai dan danau adalah:

4.       Air sungai/danan menjadi kotor sehingga tidak dapat digunakan lagi.

5.       Timbul bau menyengat yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

6.       Kehidupan biota (tumbuhan dan binatang) di dalam sungai dan danau punah.

7.       Tumbuhan gulma pengganggu dan tidak berguna akan tumbuh subur.

8.       Pemanfaatan sungai/danau seperti untuk wisata air semakin tidak layak.

9.       Kehidupan penduduk sekitar terganggu karena mereka tidak mungkin lagi mengambil sumberdaya perairan yang berupa ikan dan sebagainya.

 

Penanggulangan Pencemaran Sungai dan Danau

Pencemaran air sungai dan danau yang sangat merugikan tersebut harus dicarikan jalan keluar. Lembaga di Jawa Timur yang memiliki kewenangan dan komitmen tinggi dalam menanggulangi pencemaran air sungai dan danau adalah BLH Jatim dan Perum Jasa Tirta I Malang.  Upaya penanggulangan pencemaran bertujuan agar air sungai dan danau senantiasa dalam kondisi bersih, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menopang kehidupan penduduk secara berkelanjutan. Beberapa cara penanggulangan dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian antara lain:

10.    Pengendalian Pencemaran Di Masyarakat (IPAL Kolektif)

Pengendalian pencemaran air di masyarakat penting digalakkan karena kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini kepedulian masyarakat yang masih rendah. Rendahnya kepedulian masyarakat pada pengelolaan limbah dan sampah selain disebabkan oleh rendahnya kesadaran hidup bersih, juga kurangnya dorongan dan perhatian dari pemerintah. Pemerintah Kabupaten Gresik telah mencoba mengatasi masalah tersebut dengan program pengolahan sampah di Desa Driyorejo. Program itu diawali dengan kegiatan pelatihan pengolahan sampah. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, para peserta pelatihan harus menyusun program untuk diimplementasikan selama setahun. Contoh hasil kegiatan tersebut adalah peserta berhasil mencetuskan Program Desi atau Desa Bersih Hijau lestari di Desa Cangkir dan Proyek Dadar Guling atau Desa Sadar dan Peduli Lingkungan di Desa Driyorejo. Kabupaten Gresik.

11.     Pengendalian Pencemaran Industri (Pabrik)

Pengendalian pencemaran yang berasal dari pabrik harus dilakukan karena pabrik merupakan sumber pencemar sungai dan danau yang sangat membahayakan. Pembuangan limbah dalam jumlah besar oleh pabrik benar-benar sangat merusak kualitas air dan lingkungan sungai/danau. Pengendalian pencemaran dari pabrik bersifat wajib karena hal ini sudah diatur dalam UU Lingkungan Hidup dan berbagai Kepmen LH, bahkan Perda Gubernur juga mengatur tentang tata cara pembuangan limbah dan berbagai sangsi pelanggarannya.
Untuk mengendalikan pencemaran sungai/danau, setiap pabrik wajib memiliki dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL).  Pembangunan IPAL ini merupakan suatu bentuk upaya pengelolaan limbah yang wajib dilakukan oleh setiap industri yang potensial menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Selain itu pabrik juga wajib melakukan pemantauan atas pencemaran yang mereka lakukan. Untuk melaksanakan hal itu setiap pabrik wajib memiliki dokumen UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan dokumen UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan).

12.    Pengurangan Penggunaan Pupuk dan Isektisida

Limbah pertanian yang berasal dari pupuk kimia dan obat pemberantasan hama sangat mengganggu lingkungan sungai/danau. Gangguan pencemaran  yang sering timbul berupa kelebihan nutrisi (N,P,K) pada air sungai/waduk. Kelebihan nutrisi ini berdampak pada terjadinya pertumbuhan gulma air seperti enceng gondok yang sangat cepat. Hal ini merugikan karena banyaknya enceng gondok sangat mengganggu pemanfaatan sungai/danau untuk transportasi/rekreasi/ estetika dan sebagainya; disamping itu enceng gondok juga mengakibatkan proses pendangkalan  sungai/danau berlangsung lebih cepat. Contoh pertumbuhan enceng gondok adalah di hilir Kali Brantas yaitu di Kali Mas Surabaya.
Untuk mengendalikan pencemaran yang berasal dari limbah pertanian, maka sekarang tengah digalakkan pemakaian pupuk organik dan obat pemberantasan hama yang ramah lingkungan. Pupuk organik terutama berupa pupuk kompos dan pupuk kandang, sedangkan obat pemberantasan hama tanaman dibuat dari tumbuhan tertentu. Pupuk dan insektisida buatan ini pada beberapa kasus cukup dapat dihandalkan, tetapi masih perlu upaya pengembangan secara terus-menerus. Oleh karena penggunaan pupuk dan insektisida ini belum maksimal, maka upaya pengembangan dan pemasyarakatannya perlu terus dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah, agar penggunaan pupuk dan insektisida yang ramah lingkungan bisa menjadi kebiasaan para petani.

Rangkuman

Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitasnya di berbagai bidang kehidupan yang ditopang dengan teknologi tinggi, telah berakibat pada terjadinya kerusakan dan pencemaran sungai dan danau. Sumber pencemaran sungai dan danau berasal dari limbah industri (industrial waste), limbah rumah tangga (domestic waste), limbah pertanian (agriculture waste), dan limbah pertambangan (mining waste). Pencemaran sungai/danau kota-kota besar di Indonesia rata-rata 60 persen berasal limbah domestik, yakni dari sanitasi, sampah, dan detergen. Selain itu, industri juga turut menyumbang 30 persen pencemaran air melalui pembuangan limbah cair ke sungai, sedangkan 10 persennya berasal dari limbah lainnya seperti dari pertanian dan peternakan. Pencemaran tersebut dapat dikurangi melalui pengendalian sumber pencemaran di masyarakat, pabrik/industri, dan lahan pertanian.

Kasus/Permasalahan

Coba amati sungai/danau yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolahmu, kemudian renungkan!

1.    Jelaskan apakah sungai/danau tersebut telah mengalami pence­maran? Ceritakan kondisinya!
2.   Jelaskan sumber pencemar apa saja yang yang mencemari sungai/ danau tersebut?
3.   Jelaskan apakah tingkat pencemarannya sudah sangat mempri­hatinkan ?
4.   Jelaskan apa saran kalian untuk memperbaiki kondisi air sungai/danau tersebut!
5.   Sebutkan 3 sungai yang mengalir di Jawa Timur?
6.   Manfaat apa sajakah dari sumberdaya sungai itu?
7.   Di manakah mata air sungai Brantas dan di manakah muaranya?
8.   Kota/kabupaten mana sajakah yang dilewati sungai Brantas?
9.   Bolehkah air sungai digunakan sebagai bahan baku air minum? Jika boleh bagaimana caranya dan jika tidak boleh  apa sebabnya?
10.    Apa perbedaan yang mendasar antara sungai dan danau?