Wednesday, February 19, 2014

Integritas Dalam Kepemimpinan



Dalam bahasa Inggris, kata integrity  sering dimaknai dengan honesty atau kejujuran. Integritas merupakan karakteristik yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.   Berbagai teori kepemimpinan terbaru menawarkan sejumlah karakteristik pemimpin ini yang efektif. Kouzes dan Posner (2007) melakukan survei terhadap lebih dari tujuh puluh lima ribu orang yang berasal dari berbagai kalangan. Pertanyaan yang diajukan dalam survei itu adalah “Sifat atau karakteristik pribadi seperti apa yang Anda cari dan kagumi dari pemimpin Anda?” Survei yang dilakukan sebanyak empat kali, tahun 1987,  1995, 2002, dan
2007.  Kouzes dan Posner (2007) secara ajeg menemukan empat karakteristik yang menduduki peringkat tertinggi dari dua puluh karakteristik pemimpin yang dikagumi. Keempat karakteristik itu meliputi: Jujur (honets) ; Berpandangan ke depan ( foward looking ) ; • Menginspirasi (inspiring ) ;  Kompeten (competent )
Keajegan itu tidak saja terjadi dari survei satu ke yang lain, akan tetapi juga tidak menunjukkan perbedaan jika dilihat dari perbedaan demografi, organisasi, maupun budaya. Posisi dua puluh karakteristik pemimpin yang dikagumi hasil empat survei  Kouzes  dan Posner (2007) tersebut disajikan dalam Tabel 1.1. 

Selanjutnya untuk mengetahui  hasil survei yang menunjukkan posisi empat karakteristik utama dari berbagai negara didunia ditunjukkan pada Tabel 1.2
Tabel 1.1 Karakteristik Pemimpin Y ang Dikagumi (Kouzes dan Posner, 2007)
Karakteristik
Persentase Responden Terhadap  Masing-Masing Karakteristik
2007
2002
1995
1987
Jujur
89
88
88
83
Berorientasi Ke Depan 
71
71
75
62
Kompeten 
69
65
68
58
Membangkitkan Semangat 
68
66
63
67
Cerdas 
48
47
40
43
Adil
39
42
49
40
Berwawasan Luas 
36
34
33
34
Suportif
35
40
40
37
Amanah
35
35
41
32
Dapat diandalkan 
34
33
32
33
Kooperatif
  25
28
28
25
Berani
25
20
29
27
Berpendirian kuat 
25
23
17
17
Peduli
22
20
23
26
Imnaginatif
17
23
28
34
Matang
  15
21
13
23
Ambisius
16
17
13
21
Loyal
  18
14
11
11
Mengendalikan diri 
10
8
  5
13
Mandiri
4
6
5
10

 Tabel 1.2 Perbandingan Antar Budaya Tentang Empat Karakteristik PemimpinYang Paling Dikagumi (Kouzes dan Posner, 2007)
Negara
Persentase Responden Yang Memilih Masing-Masing Karakteristik
Jujur
Berpandangan Ke Depan
Menginspirasi
Kompeten
Australia
93
83
73
59
Canada
88
88
73
60
Jepang
67
83
51
61
Korea
74
82
55
62
Malaysia
95
78
60
62
Meksiko
85
82
71
62
New Zealand  
86
86
71
68
Singapura
72
76
69
76
Swedia, Denmark  
84
  86 
90
53
Amerika Serikat  
89
71
69
68

   Hasil survei yang dilakukan Kouzes dan Posner (2007) tersebut secara konsisten membuktikan bahwa kejujuran sebagai unsur yang paling penting dalam hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Persentasenya memang berbeda-beda, namun peringkatnya tidak pernah berubah sejak pertama
dilakukan penelitian pada tahun 1980-an hingga tahun 2000-an. Kejujuran tetap berada pada posisi teratas dibandingkan karakteristik penting lainnya.  Hasil survei ini menguatkan pandangan bahwa siapapun dan dimanapun mereka berada apabila akan mengikuti pertama-tama mereka ingin memastikan
bahwa orang yang diikuti tersebut layak dipercaya. Hal ini juga berlaku bagi konstituen daeri seorang pemimpin Semua anak buah  manapun akan bersedia mengikuti kepala sekolah apabila mereka yakin sepenuhnya bahwa sang kepala sekolah adalah orang yang dapat dipercaya. Kalau dilakukan generalisasi hasil survei tersebut dapat diartikan bahwa hampir 90% anak buah  menginginkan Pemimpin  adalah orang yang jujur. Hampir semua orang tidak ingin dibohongi atau ditipu. Kita ingin melihat  kejujuran pada siapapun. Pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa menginginkan kepala sekolahnya sebagai sosok yang tahu mana yang benar dan mana yang salah. Di antara semua kualitas yang dikagumi dari seorang pemimpin, kejujuran merupakan sifat yang paling pribadi. Kejujuran merupakan sifat pribadi yang mampu mengangkat atau menghancurkan reputasi pribadi seseorang. Orang dengan rela mengikuti pemimpin yang jujur karena kemungkinan ia akan dilihat sebagai orang yang jujur pula, begitu juga sebaliknya. Apabila kita mengikuti  pemimpin yang dinggap tidak jujur dapat diartikan bahwa kita telah mengorbankan integritas kita sendiri. Lambat laun, kita tidak hanya menghancurkan harga diri sang pemimpin, tetapi sebenarnya juga  tidak menghargai diri kita sendiri. Bagaimana karekteristik subyektif seperti kejujuran kepala sekolah diukur  oleh orang-orang yanng dipimpinnya?
 Konsistensi antara kata dan perbuatan merupakan cara bagaimana orang melihat kejujuran. Guru-guru menunggu apa yang akan ditunjukkan oleh Pemimpin kepada mereka; guru-guru itu mengamati perilaku Pemimpin. Kejujuran terkait erat dengan nilai-nilai dan akhlak mulia. Guru-guru akan menghargai orang yang memegang teguh prinsip-prinsip yang mendasar. Guru-guru pasti menolak untuk mengikuti  Pemimpin yang kurang percaya terhadap keyakinannya sendiri. Oleh karena itu Pemimpin  harus meperjelas nilai-nilai, etika, dan standar yang dianutnya dan menyampaikannya kepada semua pihak yang dipimpinnya. 

2.  Integritas Merupakan Dasar Kredibilitas
Kredibilitas merupakan landasan kepemimpinan. Kouzes dan Posner (2007) melakukan penelitian terhadap apa yang dipahami orang tentang kredibilitas. Beberapa ungkapan berikut digunakan orang ketika ditanya apa
yang mereka pahami tentang kredibilitas seorang pemimpin.
•  “Pemimpin mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan.”
•  “Pemimpin melakukan apa yang mereka katakan.” 
•  “Tindakan pemimpin konsisten dengan perkataannya.” 
•  “Pemimpin berani bertaruh atas kebenaran perkataan mereka.”
•  “Pemimpin menepati apa yang ia janjikan.”
• “Pemimpin melakukan apa yang dikatakan akan ia lakukan .” 
  Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat diartikan bahwa ketika orang akan memutuskan apakah seorang pemimpin dapat dipercaya atau tidak, terlebih dahulu orang tersebut akan mendengar kata-katanya, kemudian memperhatikan tindakannya; terlebih mendengar perkataannya, kemudian mem-perhatikan bagaimana melaksanakannya; mendengar janji-janjinya, kemudian menunggu apakah janji-janji itu diikuti dengan bukti. Predikat “kredibel” akan diberikan ketika terjadi keselarasan antara kata dan perbuatan. Akan tetapi jika sebaliknya, tidak jarang si pemimpin  akan menerima predikat “munafik”. Jika kepala sekolah sering mengungkapkan sejumlah nilai tapi dalam praktiknya melakukan nilai-nilai yang lain, maka guru-guru yang dipimpinnya akan memandangnya sebagai orang yang berpura-pura. Jika kepala sekolah mempraktikkan apa yang dipidatokan, warga sekolah yang dipimpinnya akan lebih bersedia untuk mempertaruhkan karier, jaminan. Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut Kouzes dan Posner (2007:38) merumuskan Hukum Pertama Kepemimpinan  yang berbunyi:  “If you don’t believe in the messenger, you won’t believe the message.” “Jika Anda tidak mempercayai si pembawa pesan, Anda tidak akan memperacayai pesannya” Berdasarkan hukum ini, Kouzes dan Posner (2007:38) menganjurkan membangun kredibilitas merupakan prasyarat agar seorang pemimpin dipercaya oleh konstituennya. Untuk membangun kredibilitas, kedua ahli itu menganjurkan Hukum Kedua Kepemimpinan (Kouzes dan Posner, 2007:40): DWYSYWD: Do What You Say You Will Do LAAKAAL: Laksanakan Apa Yang Anda Katakan Akan Anda Laksanakan” LAAKAAL mencakup dua unsur: katakan  dan  lakukan.  Terkait dengan uraian pada bab sebelumnya, agar kredibel pemimpin pertama-tama harus memperjelas eyakinannya; mereka harus tahu apa yang mereka yakini. Hal ini masih terkait dengan ’katakan’. Selanjutnya pemimpin harus menunjukkan perkataan tersebut dalam kenyataan. Para pemimpin itu harus bertindak sesuai dengan kepercayaannya dan ’lakukan’.

3.  Apakah Anda Pemimpin Yang Transparan?
Setiap tahun, konsultan manajemen dan buku-buku bisnis menerbitkan berbagai macam kajian tentang kepemimpinan, dan jika kita membaca buku-buku itu kita akan berfikir bahwa menj adi pemimpin harus memahami gambar-gambar, diagram, atau formula-formula yang rumit. Sebenarnya kepemimpinan
jauh lebih sederhana. Hal yang benar adalah bahwa siapapun dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan—akan tetapi dibutuhkan orang khusus untuk menjadi pemimpin yang transparan. Intinya adalah siapapun dapat menjadi pemimpin, akan tetapi diperlukan orang yang unik untuk menjadiseorang pemimpiin yang transparan.  Kepemimpinan yang baik merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, dan kita harus bekerja keras untuk mendapatkannya.  Berbabagi teori kepemimpinan menganjurkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang hebat dibutuhkan persyaratan-persyaratan yang rumit. Hal inisering mambuat kita bingung. Akan tetapi ada hal mendasar yang ada pada semua teori itu,  yakni barometer keberhasilan yang sebenarnya adalah transparansi. Jika pemimpin tidak trans paran, tidak masalah jika ia seorang pelaksana yang baik, jika ia rendah hati atau pemberani, bahkan jika ia memiliki charisma yang besar. Yang menjadi masalah adalah apakah ia dapat bercermin dan berefleksi dengan sebenar-benarnya, dan merasa senang ketika bangun pagi dan bermain-main dengan kejujuran dan integritas. Tidak dapat dipisahkan antara pemimpin yang transparan dengan orang yang transparan, karena orang-orang yang menjalani hidupnya secara terbuka dan jujur akan melakukan hal yang sama ketika menjalankan bisnis. Untuk menjadi pemimpin yang terbaik, Anda harus memiliki konsep yang jelas dan jujur tentang nilai-nilai yang Anda anut, sumbangan anda terhadap organisasi, dan sejauh mana semua itu memberi makna bagi Anda dan sekolah yang Anda pimpin.   

a.  Transparansi Memerlukan Keberanian
Kadang-kadang transparansi menyakitkan. Hal ini karena kegagalan tidak pernah diketahui sebelumnya, dan hal pertama yang masuk dalam benak Anda adalah beri dia kesempatan sekali lagi. Keinginan untuk membebaskan seseorang dari dugaan berbuat salah merupakan hal yang manusiawi, akan tetapi jika terkait dengan integritas, Anda tidak dapat melakukan hal itu.  Jika Anda transparan berarti Anda telah membuat keputusan yang sulit, yang memerlukan keberanian. Jika Anda transparan, anda telah menunjukkankeberanian pada saat pengambilan keputusan berdasarkan apa yang benar, dan hal itu bukan hal yang mudah. Penting untuk diakui, oleh karena transparansi bukan tren—melainkan sebuah proses dan bersifat evolutif.

b.  Tugas-Tugas Pemimpin Yang Transparan
Hanya Pemimpin  yang baik yang mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk mengembangkan bawahan atas dasar integritas adalah kerja keras untuk menegakkan integritas itu. Pemimpin  semacam ini memahami bahwa apabila guru-guru dan staf sekolah yang takut terhadap konsekwensi yangdiakibatkan oleh kesalahan-kesalahan sederhana yang mereka buat akan berusaha menutupi kesalahan-kesalahan itu. Budaya transparan merupakan budaya dimana para pendidik dan tenaga  kependidikan mau mengakui masalah-masalah yang dihadapi dan bersedia mengatakan kesalahan yang dilakukan. Pemimpin  yang baik akan memahami bahwa budaya keterbukaan mampu mengembangkan mereka yang suka menyembunyikan kesalahan dan baru mengungkapkannya setelah kerusakan yang bersar terjadi. 

1)  Pemimpin Yang Transparan Harus Menumbuhkan Integritas Ketia kepala sekolah menjumpai salah satu dari guru tidak pernah menunjukkan integritas dan berbohong tentang sesuatu, pertama-tama kepala
sekolah itu harus menguji apakah perilaku yang mendorong kebohongan tersebut atau apakah kebohongan itu sendiri merupakan perilaku yang dapat berdampak negatif  terhadap anak buah. Pada akhirnya, diharapkan pemimpin  dikenang sebagai pemimpin yang berbudi  yang bersedia membantu di situasi yang tidak menentu, dari pada orang yang kejam yang  hanya   diam dan membiar pengikutnya tenggelam bergelimang kesalahan.

2)  Pemimpin Yang Transparan Harus Bersedia Mendengarkan Menjadi pendengar yang baik bukan hal yang mudah. Tidak seperti binatang, manusia harus usaha yang sungguh-sungguh untuk dapat mendengarkan. Oleh karena itu kita harus berusaha keras untuk mengembangkan keterampilan mendengark an. Kita harus berkeyakinan bahwa mendengarkan merupakan komponen penting untuk memimpin. 
Mendengarkan merupakan hal yang sangat penting bagi pemimpin unggul. Jika Anda menginginkan kebenaran, Anda harus berada pada tempat yang benar dan mendengarkan dengan baik; jik a tidak, informasi yang Anda terima akan tersaring melalui guru atau wakil-wakil Anda sehingga menjadi jernih, bersih, dan ... menyimpang. Akibatnya, Anda tidak akan mendengar isu-isu yang berakibat negatif terhadap sekolah,  Anda tidak akan mendengar tentang guru yang membuat orang tua siswa marah, dan tidak pula akan mendengar tentang wakil-wakil Anda yang membuat pengaruh negatif terhadap produktivitas guru. Jika kepala sekolah menciptakan saluran-saluran informasi pada setiap level dan membuat kebijakan “buka pintu” yang mendorong guru-guru berkomunikasi dengannya, maka kepala sekolah itu akan dapat mendengar
yang baik dan yang buruk, dan mendeteksi badai sebelum menerjang. Jadilah pendengar yang baik. Anda pasti akan terkejut betapa besarnya pelajaran yang akan Anda peroleh. Jika kepala sekolah merupakan pemimpin yang transparan yang bersedia mendengarkan guru yang dipimpinnya, maka perubahan yang hakiki akan terjadi di lembaga . Pintu selalu terbuka, dan ide-ide baru selalu digali, ditumbuh kembangkan, dan diwujudkan dalam tindakan. Kepala sekolah terbaik adalah yang benar-benar mau mendengarkan pengikutnya. Mendengarkan dapat memberi pengetahuan yang tidak diketahui sebelumnya, namun juga dapat menuai ganjaran ketika hal itu berdampak pada peningkatan moral, loyalitas, dan bagimana para pengikut itu meresa menjadi bagian dari sekolah.  

3)  Pemimpin  Yang Transparan Menjunjung Tinggi Prinsip Utama Transparansi: Mengatakan Semua Kebenaran Jika seorang pemimpin  merupakan pemimpin yang transparan ia tidak perlu khawatir terhadap strategi kepemimpinan atau filosofi yang dianut; terdapat kebebasan yang luas dan kredibilitas yang lebih tinggi akan diperoleh apabila orang-orang yang dipimpinnya mengakkui bahwa ia mengelola lembaga  secara terbuka dan jujur. Jika pemimpin terbuka, pihak-pihak yang terkait akan memiliki kepercayaan pemimpin  dan tujuan jangka panjangnya. Salah satu yang paling sulit untuk dipelajari oleh seseorang yang baru menjabatsebagai pemimpin adalah bahwa pemimpin yang  hebat bukan sekedar orang yang menyenangkan. Pemimpin besar proaktif dan secara konsisten bekerja untuk melakukan hal-hal yang benar. KetikaPemimpin  proaktif dalam melaksanakan hal-hal yang benar, ia tidak sekedar membuat keputusan untuk menyenangkan orang lain. Pemimpin  itu terfokus untuk mengatakan kebenaran yang sesungguhnya, dan oleh karena itu, pemimpin tersebut  tersebut dapat belajar dari orang lain dan tidak disesatkan oleh orang lain yang tidak melaksanakan segala sesuatu dengan cara yang benar.  Seorang pemimpin  harus jujur dengan dirinya sendiri dan orang lain mengenai kemampuannya sebelum dapat memimpin orang lain. Hal ini merupakan proses pertumbuhan. Apabila pemimpinnya  jujur atas kemampuannya maka akan mudah baginya untuk menentukan jenis budaya yang ingin dikembangkannya di sekolahnya. Mentransfer filosofi yang dianut oleh kepala sekolah kepada semua anak buah  akan memperkokoh budaya tersebut, namun hal pertama yang harus ada pada diri pemimpin  adal ah dimilikinya landasan yang akan digunakan sebagai dasar merumuskan visi. 

4) Pemimpin Yang Transparan Belajar dari Kegagalan (atau Keberhasilan) Orang Lain
Pemimpin  dapat belajar banyak melalui pengamatan terhadap tindakan-tindakan orang lain saat mereka berjaya—ketika lembaga itu  kuat dan semua anak buah  mendapatkan kesejahteraan baik. Akan tetapipemimpin  juga dapat belajar lebih banyak dari tindakan orang-orang ketika “kapal” akan tenggelam, pada saat kondisi lembaga  sedang terpuruk, karena saat itulah karakter asli sabagian besar orang di dalamnya mengemuka. Seperti ketika kita menekan pasta gigi dari tempatnya. Apa yang ada di dalam akan keluar ketika kita memberikan tekanan yang cukup. Jika kita memberikan tekanan yang cukup kepada manusia, kita akan melihat semua yang ada di dalam akan keluar, dan kadang-kadang memang tidak baik. Ketika saatnya baik, kita perlu lebih mengerlingkan mata untuk melihat karakter seseorang. Akan tetapi jika kita melihat dengan sungguh-sungguh dan mengamati tindakannya sacara konsisten dari waktu ke waktu, kita akan mampu melihat gambaran yang akurat tentang siapa mereka sebenarnya. Hal ini juga merupakan proses balajar, dan penting untuk dilakukan. Belajar dari kepala sekolah lain dapat menghindarkan seorang pemimpin  untuk membuat  kesalahan yang serius. Akan tetapi, pada akhirnya jikapemimpin tersebut  tersebut mengikuti sistem nilai yang dianutnya  kemudian merumuskan standar, kesalahan yang  dilakukannya seharusnya tidak berpengaruh negatif terhadap dirinya. Sebagai manusia biasa, setiap pemimpin  pasti pernah dan akan melakukan kesalahan—termasuk kita semua—akan tetapi kita tidak ingin merusak reputasi dan karir kita. Jika kepala sekolah memperhatikan dengan seksama, kepala sekolah dapat belajar dari kepala sekolah lain di sekitarnya.

5)  Pemimpin  Yang Transparan Bersedia Menjadi Mentor Apakah Anda pemimpin yang transparan? Harapannya setiap kepala sekolah selalu memikirkan pertanyaan ini karena ia tidak pernah terlepas dari
perhatian orang-orang yang dipimpinnya, meskipun kadang kala kepala sekolah itu tidak mengetahuinya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa staf administrasi yang bekerja di sekolah Anda atau guru-guru akan melakukan sesuatu yang mereka amati dan pelajari dari Anda. Kegiatan mentoring yang Anda lakukan
dapat terjadi secara kebetulan—melalui kontak singkat dengan seseorang, atau hubungan yang berlangsung bertahun-tahun. Kepemimpinan ditunjukkan dengan tanggung jawab sebagai mentor yang baik bagi orang lain. Orang-orang yang saling menghindar, berbohong, dan tidak  hormat kepada orang lain dapat dijadikan pelajaran bahwa integritas harus menjadi sesuatu yang selalu menyertai kita, dan kejujuran dapat dengan mudah ditempatkan pada tempat yang salah. Jika kepala sekolah tidak memiliki gaya hidup yang transparan, maka ia tidak akan pernah dipandang sebagai orang yang memiliki integritas yang tinggi, meskipun ia dikenal sebagai orang yang berhasil, orang lain akan berkata hal yang tidak menyenangkan tentang pemimpin itu. Pepatah lama yang mengatakan bahwa “persoalannya bukan pada menang atau kalah akan tetapi pada bagaimana anda bermain,” merupakan ungkapan yang benar—terutama pada lingkungan lembaga  saat ini.
           &nbs Akhirnya Jujur, berpandangan ke depan, inspiratif, dan kompeten merupakan empat karakteristik pemimpin yang paling diinginkan oleh para pengikutnya. Sebagai pemimpin, harus memiliki empat kepribadian yang menjadi landasan dimilikinya kredibilitas. Semua anak buah  akan lebih bersedia untuk berkorban apabila pemimpinnya kredibel, pemimpin mempraktikkan apa yang dipidatokan.  Kouzes dan Posner mengemukakan dua hukum  kepemimpinan berdasarkan premis ini:  “Jika Anda tidak mempercayai si pembawa pesan, Anda tidak akan memperacayai pesannya” dan “ LAAKAAL: Laksanakan Apa Yang Anda Katakan  Akan Anda Laksanakan” Sebagai pemimpin yang transparan,  memiliki lima tugas penting: menumbuhkan integritas, sebagai pendengar yang baik, mengatakan semua kebenaran, belajar dari kegagalan (atau keberhasilan) orang lain, dan sebagai mentor.



0 comments:

Post a Comment