Sunday, February 23, 2014

ANCAMAN LINGKUNGAN ALAMI

Lingkungan alami merupakan segala sesuatu di alam yang diciptakan Tuhan yang Maha Esa. Gunung, sungai, danau merupakan contoh lingkungan alami. Lingkungan alami sebagai bagian makhluk hidup memiliki aktivitas mengikuti aturan keseimbangan alam. Aktivitas lingkungan alam pada saat tertentu dapat menjadi ancaman bagi kehidupan makhluk lain termasuk manusia. Bab 1 membahas beberapa peristiwa alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, erosi, longsor dan kekeringan yang sering mengganggu kelangsungan hidup sehingga sebagai ancaman kehidupan. Peristiwa alam tersebut frekuensinya rendah, sering dapat diduga tanda-tandanya tetapi dampak yang ditimbul-kan dapat terjadi pada wilayah yang luas. Mempelajari ancaman lingkungan alami sangat berguna sebagai antisipasi agar peristiwa serupa tidak menimbulkan kerugian besar. Peristiwa alam seperti kekeringan, erosi, banjir juga banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia, sehingga menjadi ancaman yang lebih besar. Banjir Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Tanah yang mempunyai daya serapan air buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga air banyak menggenangi permukaan tanah dalam volume besar dan mengalir sebagai bencana banjir. Bencana banjir bisa disebabkan oleh dua hal, bisa akibat dari ulah manu-sia maupun akibat dari fenomena alam yang ekstrim berupa hujan yang berkepanjangan. Penyebab paling utama dari bencana banjir adalah curah hujan yang berlebihan. Hujan mungkin terjadi secara musiman yang meliputi daerah-daerah yang luas, atau dari badai setempat yang menghasilkan curah hujan yang berintenitas tinggi. Sebagian banjir disebabkan oleh proses-proses laut dan atmosfir seperti El Nino Osilasi Selatan (baca: ENSO) atau arus udara yang berkecepatan tinggi. Lelehnya salju (untuk kasus di Negara 4 musim) adalah penyebab lain terhadap bencana banjir. Aktivitas manusia juga bisa menjadi sebagai potensi terjadinya bencana banjir seperti penebangan hutan di bagian hulu DAS dan permukiman yang semakin padat. Permukiman dan pe¬ma¬¬datan tanah tidak mem¬beri¬kan kesempatan air hujan meresap ke tanah, sebagian besar menjadi alir¬an air permukaan. Pem¬ba¬ngunan untuk tempat tinggal di bantaran sungai yang meningkat serta pem-buang¬an sampah ke sungai ber¬akibat pendangkalan sungai dan penyumbatan air sangat berperan terjadinya bencana banjir seperti pada Gambar 1.1. Sekali kawasan banjir, berikutnya akan lebih mudah banjir lagi, karena pori permukaan tanah tertutup lumpur sehingga air sama sekali tidak dapat meresap. Potensi kerusakan oleh bencana banjir tergantung pada banyak faktor, seperti besarnya banjir, kecepatan aliran banjir, dan lamanya kejadian banjir itu. Pertimbangan-pertimbangan utamanya adalah sebagai berikut: 1.Sifat curah hujan atau sumber air. Hujan musiman bisa sangat tinggi dengan rangkaian badai, yang menyebabkan banjir hujan angin barat daya. Hujan yang terkait dengan tekanan siklus musiman mungkin bisa berlangsung lama dan melanda daerah yang luas. Badai-badai lokal berintensitas tinggi, yang biasanya terjadi pada musim panas, dan lelehnya salju, biasanya pada musim semi, juga menghasilkan volume-volume air yang besar. Sumber-sumber lain air bisa dari pecahnya bendungan atau pipa-pipa air yang rusak. 2.Karakteristik kolam drainase. Ukuran daerah drainase penting untuk mengestimasi dalamnya air dan durasi genangan air yang berkaitan dengan tingkat kerusakan terhadap bangunan-bangunan dan vegetasi selama terjadi banjir. Estimasi-estimasi kecepatan naiknya dan lepasnya air dari sungai merupakan dasar bagi peringatan dan peraturan-peraturan penentuan zona. Daerah-daerah tangkapan kecil bisa saja memiliki lereng-lereng yang terjal, yang menyebabkan cepatnya larian air permukaan menye-babkan banjir bandang. Kondisi tanah juga penting terhadap kece¬patan penyusupan air seperti kelembaban tanah, lapisan vegetasi, kedalaman salju, atau bentangan lapisan permukaan yang tidak dapat ditembus air. 3.Kecepatan aliran air. Kecepatan aliran air tinggi mungkin cukup kuat untuk bisa merongrong pondasi-pondasi bangunan dan bahkan lebih berbahaya ketika air itu membawa puing-puing, seperti batu, sedimen atau es. Kekuatan-kekuatan fisik yang dahsyat adalah ancaman terhadap kehidupan dan harta benda dan mungkin merusak fasilitas umum. Banjir merupakan peristiwa alam, saat ini menjadi bencana musiman dan hampir merata di berbagai wilayah menjadi ancaman kehidupan. Gambar 1.2 menunjukkan contoh akibat banjir dapat meng¬ganggu transportasi dan melum-puhkan aktivitas sehari-hari. Akibat lebih lanjut banjir dalam waktu lama menimbulkan berbagai penderitaan kesehatan dan ekonomi. Di bidang pertanian, banjir banyak menghan¬curkan tanaman pertanian yang siap panen. Kerusakan infrastruktur; jalan raya, gedung-gedung dan bahan-bahan yang ditinggalkan oleh bencana banjir seperti sampah dan lumpur dapat berakibat pencemaran. Kekeringan Kekeringan (drought) secara umum bisa didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Kekeringan dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan dimana terjadi kekurangan air, dalam hal ini biasanya dikonotasikan dengan kekurangan air hujan. Pengertian lain adalah kekurangan dari sejumlah air yang diperlukan, dimana keperluan air ini ditentukan oleh kegiatan ekonomi masyarakat maupun tingkat sosial ekonominya. Dengan demikian kekeringan adalah interaksi antara dua fenomena yaitu kondisi sosial ekonomi dan kondisi alam. Karena ke¬ke¬ring¬an terjadi hampir di semua daerah dunia dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, definisi yang berlaku harus secara regional bersifat khusus dan memfokuskan pada dampak-dampaknya. Dampak dari kekeringan muncul sebagai akibat dari kurangnya air, atau perbedaan-perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Kekeringan paling sering dihubungkan dengan curah hujan yang rendah atau iklim semi kering, sementara kekeringan juga terjadi pada daerah-daerah dengan jumlah curah hujan yang biasanya besar. Manusia cenderung mematok aktivitas-aktivitas mereka di sekitar keadaan kelem¬baban yang sudah biasa. Dengan demikian, setelah bertahun-tahun hidup dengan curah hujan di atas rata-rata, manusia bisa menganggap tahun pertama sewaktu curah hujan rata-rata kering terjadi kekeringan. Lebih jauh lagi, tingkat curah hujan yang bisa memenuhi kebutuhan seorang peladang mungkin merupakan kekeringan yang serius bagi seorang petani yang menanam jagung. Untuk mendefinisikan satu kekeringan di satu daerah, perlu untuk memahami baik karakteristik meteorologi dan juga persepsi manusia tentang kondisi-kondisi kekeringan . Pada dasarnya kekeringan adalah kondisi kekurangan air pada daerah yang biasanya tidak mengalami kekurangan air, sedangkan daerah yang kering adalah daerah yang memang memiliki curah hujan yang kecil atau bulan keringnya dalam setahun lebih besar atau sama dengan delapan bulan. Sebenarnya kekeringan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu (a) kekeringan meteorologis, (b) kekeringan hidrologis, (c) kekeringan pertanian seperti pada Gunung Meletus Gunung api merupakan satu lubang yang muncul dari permukaan bumi dari persediaan dalam jumlah besar batuan yang mencair didalam kerak bumi yang disebut magma. Magma yang terbentuk dari silikat-silikat mengandung gas yang bisa larut dan kadang-kadang menjadi mineral-mineral yang mengkristal dalam bentuk seperti cairan yang tidak dapat larut dan mengapung. Didorong oleh daya apung dan tekanan gas, magma yang lebih ringan dibandingkan dengan batuan sekitarnya memaksa magma tersebut keluar ke atas. Ketika magma itu mencapai permukaan, tekanannya menjadi berkurang yang memungkinkan larutan gas itu mengeluarkan busa putih, mendorong magma melewati gunung berapi ketika gas-gas tersebut dilepaskan. Gunung berapi melepaskan cairan batuan yang disebut lava dan atau abu dan batu-batu yang disebut tephra. Indonesia adalah suatu kepulauan dan dikenal sebagai negara yang kaya akan gunung api, yang berderet pada jalur tektonik sepanjang lebih kurang 7000 km, mulai dari busur Sunda (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara), Busur Banda (Banda, Ternate, Nila, Damar), Busur Sulawesi (Sulawesi Utara, Sangir Talaud), sampai dengan busur Halmahera (Halmahera dan sekitarnya). Di Jawa timur terdapat beberapa gunung berapi masih aktif, terutama gunung semeru yang senantiasa sebagai ancaman bagi kehidupan karena sering mengeluarkan larva, lahar dingin atau gas yang dihasilkan dari kawah gunung berapi. Gunung meletus merupakan salah satu ancaman lingkungan terhadap kehidupan karena berbagai material yang dikeluarkan oleh gunung dapat merusak tatanan kehidupan. Beberapa material yang cukup berbahaya adalah: 1.Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. 2.Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api. Gas-gas yang dikeluarkan antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Oksida (NOx) yang membahayakan bagi manusia. 3.Lava adalah cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya. 4.Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung api. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung, lumpur ini bisa panas atau dingin. 5.Awan panas adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir turun dan akhirnya mengendap di dalam dan di sekitar sungai dan lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas dapat meng¬akibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas. Gempa Bumi Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, meruntuhkan bangunan dan fasilitas umum lainnya. Gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan energi regangan elastis batuan pada litosfir. Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi. Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba-tiba sepanjang sesar merupakan penyebab yang sering terjadi. Klasifikasi gempa bumi secara umum berdasarkan sumber kejadian gempa (R.Hoernes, 1878). 1.Gempa bumi runtuhan: melalui runtuhan dari lubang-lubang interior bumi, misalnya akibat runtuhnya tambang/batuan yang menimbulkan gempa. 2.Gempa bumi vulkanik: akibat aktivitas gunung api. 3.Gempa bumi tektonik: akibat lepasnya sejumlah energi pada saat bergeraknya lempengan bumi. Sedangkan menurut Fowler (1990) mengklasifikasikan gempa berdasar¬kan kedalaman fokus sebagai berikut: 1.Gempa dangkal: kurang dari 70 km 2.Gempa menengah: kurang dari 300 km 3.Gempa dalam: lebih dari 300 km (kadang-kadang > 450 km) Parameter-parameter gempa bumi: 1.Gelombang gempa bumi Secara sederhana dapat diartikan sebagai merambatnya energi dari pusat gempa atau hiposentrum (fokus) ke tempat lain di bumi. Gelom¬bang ini terdiri dari gelombang badan dan gelombang permu¬ka¬an. Gelombang badan adalah gelombang gempa yang dapat merambat di lapisan bumi, sedangkan gelombang permukaan adalah gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi. 2.Ukuran besar gempa bumi Magnitude gempa merupakan karakteristik gempa yang berhubungan dengan jumlah energi total seismik yang dilepaskan sumber gempa. Magnitude ialah skala besaran gempa pada sumbernya. Jenis magnitude/besaran gempa bumi. a.Magnitude gelombang badan: Mb, ditentukan berdasarkan jumlah total energi gelombang elastis yang ditransfer dalam bentuk gelombang P dan S. b.Magnitude gelombang permukaan: Ms ditentukan berdasarkan berdasarkan jumlah total energi gelombang love (L) dan gelombang Rayleigh (R) dengan asumsi hyposenter dangkal (30 km) dan amplitude maksimum terjadi pada periode 20 detik. c.Moment gempa seismic moment: Mo merupakan skala yang menentukan magnitude suatu gempa bumi menurut momen gempa, sehingga dapat merupakan gambaran deformasi yang disebabkan oleh suatu gempa. 3. Intensitas Intensitas adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa selain dengan magnitude. Intensitas dapat didefinisikan sebagai suatu besarnya kerusakan di suatu tempat akibat gempa bumi yang diukur berdasarkan kerusakan yang terjadi. Harga intensitas merupakan fungsi dari magnitude. jarak ke episenter, lama getaran, kedalaman gempa, kondisi tanah dan keadaan bangunan. Zonasi Wilayah Gempa bumi Indonesia Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia bisa dibagi dalam 6 daerah aktivitas: 1.Daerah sangat aktif, magnitude lebih dari 8 mungkin terjadi di daerah ini yaitu di Halmahera, pantai utara Irian. 2.Daerah aktif, magnitude 8 mungkin terjadi dan magnitude 7 sering terjadi yaitu di lepas pantai barat Sumatra, kepulauan Sunda dan Sulawesi tengah. 3.Daerah Lipatan dengan atau tanpa retakan, magnitude kurang dari tujuh bisa terjadi yaitu di Sumatra, kepulauan Sunda, Sulawesi Tengah. 4.Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan, magnitude kurang dari 7 mungkin terjadi, yaitu di pantai barat Sumatra, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian timur. 5.Daerah gempa kecil, magnitude kurang dari 5 jarang terjadi, yaitu di daerah pantai timur Sumatra, Kalimantan Tengah. 6.Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa, yaitu daerah pantai selatan Irian, Kalimantan bagian barat. Pengukuran Gempa Bumi Aktivitas kerak bumi dapat diukur dengan berbagai cara yaitu : 1.Seismometer, pendeteksi getaran bumi 2.Scintilation Counter, pengukur gas radon yg aktif 3.Tiltmeter, pengukur pengangkatan atau penurunan permukaan bumi 4.Magnetometer, pengukur perubahan local medan magnit bumi 5.Pengukuran geodesi, baik dengan penggunaan GPS maupun Theodolit yang digunakan untuk mengukur perubahan titik-titik triangulasi suatu patahan . 6.Alat-alat laser, pengukur round trip travel time 7.Resistivity gauge, digunakan untuk mengungkapkan variasi konduktivitas batuan 8.Creep meter, alat untuk mengukur gerak horizontal semua patahan 9.Gravimeter, pengukur gaya berat bumi 10.Straimeter, pengukur ekspansi dan konstraksi kerak bumi. Setiap bencana alam selalu mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, korban jiwa dan harta benda kerap melanda masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana. Kejadian bencana alam tidak dapat dicegah dan ditentukan kapan dan dimana lokasinya, akan tetapi pencegahan jatuhnya korban akibat bencana ini dapat dilakukan bila terdapat cukup pengetahuan mengenai sifat-sifat bencana tersebut. Badai Badai adalah suatu gangguan pada atmosfer suatu planet, ter¬utama yang mempengaruhi permukaannya serta menunjukkan cuaca buruk. Badai dapat ditandai dengan angin yang kencang (badai angin), petir dan kilat (badai petir), curahan lebat, misalnya es (badai es), atau angin yang membawa suatu zat melalui atmosfer (seperti badai pasir, badai salju, dll). Badai terjadi sewaktu suatu pusat tekanan rendah terbentuk dengan dikelilingi oleh suatu sistem bertekanan tinggi. Kombinasi gaya yang berlawanan ini dapat menciptakan angin dan menimbulkan pembentukan awan badai,seperti kumulonimbus. Wilayah kecil dan terlokalisasi yang bertekanan rendah dapat terbentuk dari udara pa-nas yang naik dari permukaan yang panas, yang akan menimbulkan gangguan yang lebih kecil seperti angin puyuh atau puting beliung seperti Beberapa badai sering terjadi a.l.: 1.Badai pasir adalah fenomena meteorologi yang umum di wilayah arid dan semiarid. Badai pasir antara lain disebabkan oleh meningkatnya kecepatan angin dalam suatu wilayah yang luas. Badai pasir umum¬nya terjadi pada tanah yang kering. Badai pasir dapat memindahkan keseluruhan bukit pasir dan membawa pasir dalam jumlah besar sehingga tepi badai dapat menyerupai dinding pasir setinggi 1,6 km. Badai pasir di gurun Sahara dalam bahasa setempat dikenal dengan simoom atau simoon (sîmūm, sîmūn). Haboob (həbūb) adalah badai pasir di wilayah Sudan sekitar Khartoum. 2.Badai salju terjadi saat udara yang hangat dan basah bertemu dengan udara yang dingin. Massa udara yang hangat dan basah dan massa udara yang dingin tersebut dapat mencapai diameter 1000 km atau lebih. Badai salju yang mempengaruhi Amerika Serikat Timur Laut sering mendapatkan uap air dari udara yang berpindah ke utara dari Teluk Meksiko dan udara yang dingin dari massa udara yang datang dari Arktik. Di Amerika Serikat Barat Laut, udara yang hangat dan basah dari Samudera Pasifik mendingin saat didorong ke atas oleh pegunungan. Banyak hal yang berbeda dapat mempengaruhi gerakan, isi uap, dan suhumassa udara. Semua perbedaan tersebut mempengaruhi jenis dan keparahan badai salju. 3.Badai Katrina (juga Topan Katrina atau Hurikan Katrina) adalah sebuah siklon tropis be-sar yang melanda wilayah teng-gara Amerika Serikat pada 24–31 Agustus 2005 dan menyebab-kan kerusakan yang besar. Lebih dari 200.000 km² (seukuran Britania Raya) wilayah tenggara AS terpengaruh badai ini, terma-suk Louisiana, Mississippi, Alabama, Florida, dan Georgia Erosi Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air atau es. Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perla¬dang-an. Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengen¬dap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi air adalah: 1.Curah hujan Sifat-sifat yang perlu diketahui adalah: -Intensitas hujan: menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam -Jumlah hujan: menunjukkan banyaknya air hujan selama terjadi hujan, selama satu bulan atau selama satu tahun dan sebagainya. -Distribusi hujan: menunjukkan penyebaran waktu terjadinya hujan. 2.Sifat-sifat tanah Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah: -Tekstur tanah: Tanah dengan tekstur kasar seperti pasir adalah tahan terhadap erosi, karena butir-butir yang besar (kasar) tersebut memerlukan lebih banyak tenaga untuk mengangkut. Tekstur halus seperti liat, tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan. Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat halus. Oleh karena itu makin tinggi kandungan debu dalam tanah, maka tanah menjadi makin peka terhadap erosi -Bentuk dan kemantapan stuktur tanah: bentuk struktur tanah yang membulat (granuler, remah, gumpal membulat) menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil, sehingga erosi juga kecil. Struktur tanah yang mantap tidak akan mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan, akan tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap, sangat mudah oleh pukulan air hujan, menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya air infiltrasi terhambat dan aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat -Daya infiltrasi tanah: apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil. -Kandungan bahan organik: kandungan bahan organik menentukan kepekaan tanah terhadap erosi karena bahan organik mempenga¬ruhi kemantapan struktur tanah. Tanah yang mantap tahan terhadap erosi 3.Lereng Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng makin curam maka kecepatan aliran permu¬ka¬an meningkat sehingga kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar. 4.Vegetasi (tumbuhan) Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah: -Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi. -Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi. -Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan) melalui vegetasi. Hutan paling efektif dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya rapat. Untuk pencegahan erosi paling sedikit 70% tanah harus tertutup vegetasi. 5. Manusia Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam me-rupakan pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupa¬kan pengaruh yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir. Longsor Tanah longsor merupakan potensi bencana geologis berupa pergerakan longsoran ke bawah berupa tanah, batuan, dan atau material yang terkena cuaca karena gravitasi. Tanah longsor merupakan salah satu fenomena alam yang tidak terkontrol yang menarik perhatian manu¬sia karena berpotensi membahayakan keselamatan manusia. Tanah longsor berhubungan dengan masalah kemiringan, ketika stabilitas kemiringan terganggu, pergerakan menurun dengan banyak karakter memindahkan tempat. Tanah longsor sering sekali terjadi karena penebangan hutan dan aktivitas manusia lainnya. Fenomena tanah longsor ini biasanya dipelajari dari dua titik yang berbeda. Fenomena ini dipandang sebagai proses aksi gerak permukaan tanah yang menjadi subyek studi geologi. Geologi mempelajari fenomena longsoran sebagai satu proses penggundulan eksogenik (exogenic denudation ) yang signifikan, mulai dari penyebab, aktivitas dan hasilnya. Sedangkan menurut studi teknik sipil meneliti kemiringan dari sudut pandang keamanan bangunan. Tanah longsor dapat disebabkan karena : 1.Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll.). 2.Perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat atau kenaikan ketinggian muka air. 3.Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi. 4.Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, oleh penumpukan batu-batu lepas, atau bahan-bahan yang dimuntahkan gunung api, bangunan, sampah/limbah, tanaman. 5. Pengairan atau tindakan fisik/kimiawi lainnya yang dapat menurun¬kan kekuatan tanah dan bebatuan dalam jangka waktu tertentu. Dilihat dari kerentanan gerakan, tanah rawan longsor dikelompokkan sbb: 1.Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, 2.Zona kerentanan gerakan tanah rendah, 3.Zona kerentanan gerakan tanah menengah, 4.Zona kerentanan gerakan tanah tinggi, 5.Pengairan atau tindakan fisik/kimiawi lainnya yang dapat menurunkan kekuatan tanah dan bebatuan dalam jangka waktu tertentu. Rangkuman Alam merupakan bagian dari ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa beraktivitas sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Aktivitas alam tersebut ada yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Banjir, gunung meletus, badai, gempa bumi, longsor, erosi dan kekringan merupakan contoh peristiwa alam yang dapat merusak kehidupan manusia dan makhluk lain. Ciri peristiwa alam sebagai bencana antara lain: waktunya tidak dapat dipastikan, frekuensinya rendah, tidak dapat dikendalikan dan dampaknya luas. Peristiwa alam tersebut banyak juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia, sehingga memungkinkan bencana makin luas dan frekuensinya meningkat, seperti akibat penggundulan hutan dapat memicu bencana banjir, tanah longsor, erosi dan kekeringan. Kasus 1.Banjir bandang yang terjadi di wilayah Pantai Jember telah memporak-porandakan semuanya, ratusan nyawa melayang di awal tahun 2007. 2.Bencana Alam Jawa Timur menyatakan ada 400-an desa di Jawa Timur rawan terkena bencana tanah longsor, desa-desa itu mayoritas berada di lereng gunung yang hutannya sudah gundul. 3.Sebanyak enam rumah rusak akibat tanah longsor di Desa Gelang, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember. 4.Gambar kerusakan oleh bencana. Berdasarkan kasus 1 s.d. 3 dan Gambar 4 berilah penjelasan tentang sumber penyebab terjadinya peristiwa tersebut dan bagaima¬nakah upaya untuk menanggulangi serta upaya penanganan dampak bencana tersebut.

1 comments:

  1. Wih... tulisanya minta ampun :3
    Check: http://paijokun.blogspot.co.id/

    ReplyDelete