Sunday, February 23, 2014

PERANAN MANUSIA DALAM LINGKUNGAN



A.          Pengertian Lingkungan Alam, Buatan dan Sosial

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. Tuntutan kebutuhan hidup mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara sesuai kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi, melainkan memotivasi member­da­ya­kan­nya melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mempelajari lingkungan dalam kehidupan lebih banyak dipakai istilah lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan ke semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Rangkaian kata-kata yang telah diuraikan dengan cukup jelas oleh para legislator negara kita mengenai Lingkungan Hidup kita, dan semua manusia pastinya mengerti dan dapat memahami arti dari pentingnya, manfaatnya, serta keseimbangan dari sistem lingkungan hidup  bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan alam, baik hayati maupun non hayati, yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya. Faktor penentu sumber daya alam adalah kebutuhan manusia yang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Karena luasnya cakupan sumber daya alam, maka disusun klasifikasi sumber daya alam, yang antara lain meliputi sumber daya alam terbarui dan tak terbaru.
Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh Tuhan. Ketampakan lingkungan alam di muka bumi berbeda-beda. Con­toh ling­kungan alam yang ada di muka bumi, antara lain sungai, danau, laut, lembah, dan gunung. Selain itu, ketampakan alam ada juga yang berupa dataran rendah, pantai, laut, pegunungan, dan dataran tinggi.
Lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia meliputi, desa, kota besar dan kecil, pabrik, kantor, rumah, dan sebagainya, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh ling­kung­an buatan adalah waduk, lahan pertanian, tambak, perkebunan, dan per­mu­kiman  pen­du­duk. Beberapa kasus, masalah ling­kung­an buatan lebih sulit ditangani daripada lingkungan alami.
Dalam pembangunan permukiman diperlukan keseimbangan dengan ekosistem, sehingga tidak melebihi daya dukung lingkungan. Untuk itu diperlukan strategi berdasarkan keberlanjutan. Dengan pendekatan ekologi dapat diharapkan dapat:
a.    memperbaiki dan menjamin penyediaan air bersih
b.   meminimumkan masalah pembuangan limbah
c.    mengurangi pengubahan lahan subur untuk pertanian menjadi lahan  permukiman dan membantu mempertahankan produktivitas lahan
d.   mengembangkan pola konservasi energi untuk keperluan hidup dan produksi barang
e.    memaksimumkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia
f.     memadukan pemeliharaan dan pelayanan permukiman dengan penyediaan lapangan pekerjaan, pembangunan masyarakat, dan pendidikan.
Lingkungan alam dan lingkungan buatan juga dapat kamu temukan di sekolah. Coba, kamu perhatikan uraian berikut. Dari halaman belakang sekolah terlihat bentuk muka bumi yang menonjol tinggi dan besar di kejauhan adalah gunung dan sudah ada sejak dahulu sebelum sekolah ini dibangun. Gunung termasuk lingkungan alam yang ada di bumi. Pernahkah kamu melihat atau pergi ke gunung? Di sekitar sekolah, juga ada parit yang dibuat oleh penjaga sekolah dengan dibantu beberapa pekerja. Parit berguna untuk mengalirkan air bila terjadi hujan. Oleh karenanya, halaman sekolah tidak pernah tergenang air. Parit termasuk lingkungan buatan karena dibuat oleh manusia.

Apa yang dimaksud Lingkungan Sosial ?
Belum ada definisi tentang lingkungan sosial budaya yang disepakati oleh para ahli sosial, karena perbedaan wawasan masing-masing dalam memandang konsep lingkungan sosial budaya. Untuk itu digunakan definisi kerja lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pen­du­kungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.
B. Cara Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan
Lingkungan alam dan buatan harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Lingkungan alam dan buatan yang dijaga kelestariannya akan terus memberikan manfaat bagi manusia. Berikut beberapa cara dalam memelihara lingkungan alam dan buatan yang ada di sekitar kita.

1.   Cara Memelihara Lingkungan Alam
Tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan dan di pegunungan dapat berfungsi untuk melestarikan air, udara, dan tanah. Akar tumbuhan dapat berfungsi sebagai penahan air, sehingga tidak akan terjadi banjir dan erosi pada saat hujan deras. Erosi dan banjir menyebabkan lapisan tanah paling atas akan ikut hanyut. Padahal lapisan tanah paling atas adalah yang paling subur. Hutan juga disebut dengan paru-paru dunia. Tumbuhan yang ada di hutan menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida. Hal ini terjadi pada saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Oksigen diperlukan makhluk hidup untuk bernapas.

a.    Menjaga kelestarian air
Setiap makhluk hidup membutuhkan air. Manusia membutuhkan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain. Air untuk minum harus dimasak lebih dulu agar kuman-kumannya mati. Hewan memer­lu­kan air untuk minum dan mandi. Tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhan dan kesuburannya. Air merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga keberadaan dan kebersihannya. Air yang kotor atau tercemar tidak dapat dimanfaatkan. Air yang kotor atau tercemar dapat mem­ba­ha­yakan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara lain:
1)   tidak membuang sampah di sungai atau saluran air
2)  melakukan kegiatan penghijuan atau penanaman pohon yang dapat berfungsi sebagai penahan dan penyimpan air
3)  menggunakan air sesuai kebutuhan.
4)  Air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah, tetapi dialirkan ke saluran pembuangan.

b.   Menjaga Kelestarian Udara
Udara sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup di bumi membutuhkan udara. Manusia dan hewan memerlukan udara untuk berna-pas. Tanpa udara semua makhluk hidup akan mati. Udara perlu dijaga kebersihan-nya. Asap pabrik dan asap kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara sama dengan polusi udara. Untuk mengurangi pencemaran udara, pabrik-pabrik yang besar harus menggunakan cerobong asap. Udara yang bersih baik untuk kesehatan badan. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara sebaiknya di kanan kiri jalan ditanami pohon. Kamu juga harus ikut serta dalam menjaga kebersihan udara.

c.    Menjaga Kesuburan Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup. Semua hasil pertanian, perkebunan, tambang, dan hasil bumi lainnya berasal dari tanah. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman yang baik. Tanah yang tandus perlu diolah agar menjadi subur. Sampah dari daun baik untuk menyuburkan tanah.Untuk menjaga kelestarian tanah tanamilah tanah kosong di sekitarmu agar tidak menjadi tandus. Tanah harus diolah dengan pengairan dan pemupukan yang benar. Kelestarian tanah juga dapat dilakukan dengan cara tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sampah harus dibuang di lokasi pembuangan yang semestinya. Sampah yang kita buang umumnya terdiri atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Contoh sampah organik adalah daun-daun, sisa-sisa makanan, dan sebagainya. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup. Contoh sampah anorganik antara lain kaleng, botol, dan plastik. Sampah organik dapat membusuk dan terurai oleh bakteri atau jamur sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Sementara sampah anorganik tidak dapat terurai sehingga akan merusak kelestarian tanah. Oleh karena pentingnya tanah, air, dan udara maka jagalah kelestarian tanah, air, dan udara di sekitarmu. Hal ini bertujuan agar dapat terus memberikan manfaat bagi kehidupan. Semua itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.

2.  Cara Memelihara Lingkungan Buatan

a.    Memelihara tempat tinggal atau kantor
Kita sering mendengar “membangun itu lebih mudah daripada memelihara”, memelihara tempat tinggal atau perkantoran dengan mengecat, menata taman lebih indah, membersihkan setiap ruangan dan sekitar rumah sehingga rumah atau kantor tampak indah dan nyaman. Memelihara tempat tinggal/kantor yang dilakukan oleh setiap orang  secara tidak langsung  akan memelihara lingkungan yang kita bangun bersama.

b.   Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan yang bersih merupakan dambaan setiap orang. Kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab setiap orang. Lingkungan yang bersih akan mencegah berjangkitnya berbagai penyakit. Sering di lingkungan kita diadakan kerja bakti kebersihan lingkungan, ada yang membersihkan saluran air, ada yang mendorong gerobak sampah, ada yang mencangkul, meratakan tanah, dan ada yang membersihkan rumput liar. Anak-anak juga ikut serta dalam kegiatan kerja bakti tersebut, dengan mengumpulkan sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Ibu-ibu menyediakan makanan dan minuman untuk para warga. Sekarang kompleks perumahan tersebut menjadi bersih dan asri. Kita harus selalu menjaga lingkungan tempat tinggalmu agar selalu bersih dan sehat.

c.    Pemeliharaan tambak
Tambak termasuk lingkungan buatan, karena secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kehidupannya. Pemeliharaan tambak berarti pula upaya menjaga lingkungan buatan. Pemeliharaan tambak meliputi persiapan tambak, menjaga kebersihan air dan areal tambak, pemberian pakan yang cukup pada ikan piaraan serta menjaga kesehatan ikan.
Perilaku Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan
Lingkungan kita banyak dijumpai merupakan paduan lingkungan alam dan buatan. Kalian semua tentu pernah melihat sungai, baik sungai yang besar maupun sungai yang kecil. Sungai termasuk ketampakan alam. Ada pula sungai yang sengaja dibuat untuk kebutuhan pencegah luapan banjir atau untuk irigasi. Agar sungai selalu dapat dimanfaatkan oleh manusia, sungai harus dijaga kelestarian dan kebersihannya. Contoh perilaku yang baik dalam memelihara sungai adalah dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sungai, karena dapat mencemari dan mengotori sungai. Selain itu sampah yang dibuang di sungai juga dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir.

          Selain sungai, ketampakan alam dan buatan yang harus dijaga kelestarian-nya adalah hutan. Hutan ada yang alami dan ada yang buatan. Hutan alami adalah hutan yang ada dengan sendirinya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hutan buatan adalah hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai tujuan dan kepentingan hidupnya. Manfaat hutan yang paling utama adalah sebagai tempat penyimpanan air serta mencegah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, kita tidak boleh merusak hutan. Hutan wajib dijaga kelestariannya dengan cara tebang pilih (menebang pohon dengan cara memilih pohon yang lebih tua dan siap untuk ditebang) dan reboisasi. Reboisasi adalah penanaman kembali pohon-pohon di hutan. Sawah merupakan contoh lingkungan buatan yang sengaja dibuat manusia. Petani menanam padi di sawah. Dari menanam padi petani mendapatkan beras yang dimasak menjadi nasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal petani harus mengolah lahan pertaniannya dengan baik, seperti penggunaan pupuk yang benar, sistem pengairan yang baik, dan mengolah tanah dengan baik. Usaha-usaha tersebut merupakan bentuk pemeliharan dan pelestarian lingkungan alam dan buatan.

C. Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagai makhluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Individu manusia tidak akan bisa eksis apabila ia hidup sendirian tanpa berinteraksi dengan individu manusia lainnya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa akan terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,  kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, keberadaan institusi sosial atau lembaga kemasyarakatan, dan berbagai hal yang timbul akibat berbagai aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Dalam lingkungan sosial suatu masyarakat akan selalu terjadi interaksi sosial. Dalam kegiatan interaksi sosial senantiasa berkaitan dengan berbagai aktivitas, pengembangan yang dilakukan oleh umat manusia, serta berbagai akibat yang ditimbulkan. Selain itu, juga terkait pula dengan keberadaan kebudayaan, ekonomi, dan kehidupan kemasyarakatan lainnya.
            Dalam ilmu sosial senantiasa mencoba mencari tahu tentang hakikat dan berbagai sebab pola pikir serta tindakan manusia yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat. Hal semacam itu senantiasa akan berhubungan dengan keberadaan stratifikasi sosial (Sanderson, 1995:157). Secara sosial sebenarnya manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang mempunyai kesempatan sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya, bahwa setiap manusia itu mempunyai hak, kewajiban, dan berkesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, seperti: melakukan pekerjaan, memperoleh pendidikan atau mencari ilmu pengetahuan, berperan dalam kehidupan masyarakat, bertangung jawab dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, serta berbagai aktivitas ekonomi, politik, dan bahkan beragama.
            Namun demikian, kenyataannya setiap individu dan atau sekelompok individu tidak dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya masing-masing individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut seperti kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya, dan bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan demikian, akan dapat dijumpai individu atau sekelompok individu yang mempunyai fungsi, peran, dan tanggung jawab yang berbeda. Pada kondisi demikian itu, mulai tampak adanya beberapa kelompok atau golongan tertentu dalam kehidupan masyarakat tersebut. Pada saat itulah muncul adanya kelas/golongan masyarakat tertentu. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.
D.    Peranan Manusia dalam Perubahan Sosial
Menurut Beyer (1997:97-98) perubahan sosial bisa terjadi global-universal, asumsi-asumsi yang mendasari terjadinya perubahan kehidupan manusia yang bersifat global-universal adalah karena kehidupan dalam masyarakat terkait dengan pergerakan sosial (social movement) dari para pemimpin, organisasi yang dianut, dan para pengikutnya. Dengan mendunianya berbagai ajaran dan kehidupan sosial masyarakat menjadikan kehidupan masyarakat tidak bisa hanya dipahami secara tradisional-partikular, tetapi menuntut kajian global-prinsipal yang bersifat universal, seperti ia katakan berikut:

Secara mendasar pergerakan dan perubahan terhadap pelaksanaan kehidupan suatu masyarakat senantiasa terkait, mengikuti atau nginthil (persistent) terhadap berbagai peristiwa pergerakan sosial, yang mana pergerakan itu berdampak terhadap pola kehidupan sosial-budaya dan keagamaan di permukaan bumi di seluruh dunia dewasa ini.

Pendapat yang berargumen global-universalisasi kehidupan sosial budaya ini berasumsi bahwa ideologi dan kondisi politik yang melanda suatu masyarakat dapat mendorong pluralnya suatu keyakinan dalam kehidupan masyarakat. Dalam studinya di Amerika Latin, Drougus menemukan bahwa akibat pengaruh ideologi di era berkembangnya liberalisme yang melanda negara-negara Amerika Latin menjadikan masyarakat Katolik yang bercirikan wilayah pertanian di negara tersebut terplurarisasi menjadi tiga sekte, yakni golongan rationale popular Catholic yang berpandangan rasional, renewed traditionale Catholic yang berpandangan tradisional, dan renewed popular Catholic yang berpandangan liberalis (Drougus, 2000:263).
Menurut Drougus bahwa globalisasi ideologi atau politik di Amerika Latin memberi pengaruh kepada variasi kehidupan masyarakat yang terkait pula terhadap pola kehidupan sehari-hari. Di mana masing-masing kelompok masyarakat tersebut menjalankan kehidupannya sesuai dengan rasionalitas, kondisi wilayah, dan keyakinannya sendiri. Kelompok rasionalis menjalankan kehidupannya cenderung pada konsep rasional (pragmatis) sehingga kelompok ini lebih terbuka pada "pembaharuan" kehidupan sosial budayanya. Hal ini berbeda secara diametral dengan kelompok tradisionalis yang cenderung tertutup bagi pembaharuan. Kelompok ini dalam menjalankan kehidupannya cenderung ortodoks dan pada "penyesuaian" terhadap kehidupan tradisi kedaerahan. Sedangkan kelompok liberalis dalam menjalankan kehidupannya cenderung terbuka dan agak bebas bagi suatu pembaharuan, hal ini karena pengaruh kuat dari ideologi liberal yang melanda Amerika Latin. Dengan kata lain, pola pengelompokan kehidupan masyarakat di negara itu didasarkan atas "rasionalitas" dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya.
Sementara itu, Majid (2000) berasumsi bahwa menggelobalnya kehidupan umat manusia di dunia ini adalah akibat pengaruh jaman teknologi (technical age) yang telah meramba berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Teori globalisasi "jaman teknologi" ini diadopsi Majid dari konsep modernisasi Lucian W. Pey di dalamnya mengandung unsur-unsur budaya dan pengalaman barat. Tesisnya adalah jika kemajuan teknologi itu datangnya dari Mesir atau Timur Tengah, maka jaman teknologi (modernisasi) itu tentu ala Mesir atau Timur Tengah dan bukan barat, karenanya jangan salahkan barat.
Akibat kemajuan teknologi yang bersumber dari barat, maka umat manusia tidak lagi dihadapkan kepada permasalahan kulturalnya sendiri secara terpisah dan berkembang secara otonomi dari yang lain, tetapi terdorong menuju masyarakat jagat (global) terdiri dari berbagai bangsa yang erat berhubungan satu sama lain. Penggunaan sepenuhnya teknologi di suatu bagian dunia (Barat) tidak lagi dapat dibatasi pengaruhnya hanya kepada tempat itu sendiri saja, tetapi merambah ke seluruh muka bumi, meliputi seluruh budaya manusia tanpa dapat dihindari sama sekali (Majid, 2000:453).
Kemajuan teknologi barat yang pesat merupakan faktor kunci penyebab tak dapat dihindarinya bagi menggelobalnya kehidupan manusia. Karena kemajuan teknologi terkait langsung dengan pola kehidupan kemanusiaan. Sehingga teknologi tak harus dihindari, akan tetapi harus disikapi sebagai berkah demi perbaikan dan kemajuan kehidupan. Itu berarti kehidupan sosial, budaya harus dapat diadopsi secara kreatif. Seperti tesis etika Protestan dari Weber dan tesis kreativitas kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan dari Bellah, Geertz, serta Gran. Contohnya seperti pada kasus bangsa Jepang dengan Tokugawanya dan Turki dengan Islam modernnya.
          Namun demikian, dijumpai pula bahwa perubahan kehidupan suatu masyarakat itu sebenarnya adalah akibat pengaruh atau senantiasa berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya (secara lokal). Para ilmuwan yang berpandangan demikian ini  antara lain Waldman (2001) dalam karyanya Pikiran Primitif-Pikiran Modern. Ia menolak teori perubahan global-universal. Asumsinya bahwa kehidupan sosial dan budaya  masyarakat berkembang sesuai dengan karakternya (yang ada di dalam) dan mengadaptasi atau bahkan "menolak" apa yang datang dari luar. Evolusi yang bersifat "mempertahankan diri" dalam kehidupan adalah sejalan dengan tata nilai yang ada.
Bagaimanapun kehidupan masyarakat dapat dijelaskan oleh semua perubahan budaya dan dengan materinya yang luas, sehingga dapat melihat pengaruhnya terhadap konstruksi dan perubahan sosial yang lebih obyektif. Karenanya perkembangannya tidak hanya bersifat involusioner tetapi juga evolusioner, karena ia terkait dengan adaptasi terhadap budaya lain. Walaupun demikian, tradisi kehidupan lokal lebih dipertahankan (Waldman, 2001:130-132).
 Dinamika sosial dan budaya berimplikasi secara involusioner yang mengekspresikan serta membentuk dunia di mana manusia itu hidup, bersifat lokal, dan sejalan dengan karakter daerahnya (Geertz, 1974:87. Geertz juga menjelaskan bahwa jika disimak lebih mendalam kekomplekan fenomena kehidupan dalam masyarakat walaupun  tampak semakin modern dan mendunia, tetapi ia sejalan dengan perkembangan kehidupan budayanya yang involutif (terjadi proses penjlimetan) sejalan dengan kondisi wilayahnya, karena ia merupakan limpahan kepercayaan yang bersifat isolatif. Yang tampak bahwa taraf perkembangan sistem-sistem kehidupan masyarakat yang bersifat njlimet walau amat bervariasi, dan tidak semata-mata berdasarkan pada suatu basis evolusioner sederhana. Sehingga dalam satu masyarakat, tarap penjelasan simbolik tentang aktualitas akhir bisa mencapai taraf kompleksitas dan uraian sistematis yang luar biasa.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa misalnya, walau secara sosial masyarakat tersebut senantiasa berkembang, namun perumusannya tetap tinggal primitif (dalam arti sesungguhnya), hampir tak lebih daripada tumpukan tradisi (kepercayaan) awal yang fragmentaris dan berupa gambaran yang terisolasi dengan dunia lain (Geertz, 1992:48).
Kuntowijayo (2001) berasumsi bahwa kehidupan masyarakat bergerak dari "dalam" aturan menuju "keluar" kepada pola kehidupan perubahan atau pergerakan sosial-budaya yang menggelobal atau mendunia. Dengan demikian, maka kehidupan masyarakat yang lokal-partikular tidak sekedar mempertahankan diri dari serangan global-universal, tetapi justru ia berupaya mempengaruhi secara kreatif terhadap sosial-budaya di dunia luar yang menggelobal itu. Pandangan ini berbeda secara diametral dari pandangan para materialisme Marxisme yang menganggap bahwa materi, yang berada "di luar" itu menentukan atau mempe-ngaruhi yang ada "di dalam" (aturan atau ajaran). Dengan kata lain, struktur menentukan suprastruktur. Perubahan itu dapat mem­pe­nga­ruhi perubahan sosial maupun kultural.
Kegiatan kehidupan masyarakat berhubungan dengan keterkaitan, solida-ritas, serta kegiatan individu dalam masyarakat yang terpusat pada simbol-simbol yang dianut dan sejalan dengan keberadaan kontek daerahnya. Karena ia terkait dengan "makna" individu sendiri. Sehingga kehidupan masyarakat berkembang dari pengaruh makna yang ada pada masing-masing individu dan masyarakat di sekitar lingkungannya, bukan masyarakat yang ada di luar lingkungan kehidupannya. Di sini lingkungan geografik sangat menentukan dan memberi pengaruh terhadap kehidupan individu dan kelompok masyarakat tertentu. Karenanya terkait dengan bagaimana individu dan kelompok mengidentifikasi diri mereka sendiri di dunia (dalam hubungannya satu sama lain dan hubungannya dengan kondisi-kondisi sosial, budaya, dan alam dari keberadaannya) terutama dalam acuan perubahan dalam kebudayaan, norma, nilai, dan pranata yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, berubahnya suatu masyarakat tergantung pada bagaimana individu-individu tersebut berubah sejalan dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya. Perubahan itu antara lain dalam bentuk sebagai berikut.

1.   Berkembang sesuai karakternya, mengadaptasi dan atau menolak yang datang dari luar, berubah secara evolutif yang bersifat "mempertahankan diri" sejalan dengan tata nilai yang ada (Waldman, 2001).
2.   Bergerak secara involusioner,  mengekspresikan serta membentuk dunia di mana manusia itu hidup, dan sejalan fenomena sosial budaya yang bersifat lokal (Geertz, 1974).
3.   Bergerak dari "dalam"  menuju "keluar", bahwa suatu kehidupan lokal-partikular secara kreatif mempengaruhi sosial-budaya yang ada di luar (Kuntowijayo, 2001; Zahar and Marshal, 2001; Toprak, 1999).
4.   Pergerakannya berhubungan dengan keterkaitan, solidaritas, serta kegiatan individu dan masyarakat yang terpusat pada simbol kehidupan yang dianut (Robertson, 1995; Kuntowijoyo, 2001).

E. Peranan Manusia dalam Permasalahan Sosial

            Salah satu permasalahan sosial yang terkait langsung dengan pertumbuhan penduduk yang paling menonjol adalah terjadinya peledakan penduduk, penyebaran penduduk yang tidak merata, dan pada akhirnya terjadinya kemiskinan. Hal semacam itu terjadi karena ledakan penduduk yang terjadi pada wilayah tertentu, sehingga kapasitas kewilayahan tidak seimbang dengan jumlah penduduk. Dengan kata lain, daya dukung wilayah tidak mampu menampung keberadaan penduduk. Faktor-faktor yang membuat terjadinya kemiskinan menurut Soekanto (1990) antara lain sebagai berikut.

1.   Karena kegagalan mereka untuk dapat memperoleh kesempatan menguasai sesuatu yang lebih dari yang sekarang mereka miliki.
2.   Kegagalan untuk memperoleh kesempatan menguasai tersebut adalah akibat dari adanya ketidakadilan yang dirasakan.
3.   Karena seseorang merasa tidak cukup terhadap apa yang dimiliki sekarang.
4.   Karena tidak atau kurang adanya pembagian kekayaan yang merata di antara individu atau kelompok manusia yang ada dalam kehidupan masyarakat.
5.   Tidak adanya kesempatan kerja atau kegagalan dalam mencari pekerjaan, sehingga mereka menjadi tuna karya dan atau tuna susila.

Menurut McHale (1970) yang menyebabkan ketidakberuntungan secara ekonomi bagi seseorang atau sekelompok orang adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak atau kurang terpenuhi. Kebutuhan yang tidak/kurang terpenuhi itu meliputi:

1.   Untuk memenuhi kekurangan (deficiency needs) yang diperlukan untuk mencapai tingkat tertentu tak tercapai.
2.   Keperluan untuk mempertahankan satu tingkat tertentu yang dianggap perlu tapi tidak terpenuhi.
3.   Keperluan untuk berkembang (growth needs). Keperluan untuk masing-masing individu untuk mengembangkan dirinya pada tingkat tertentu tidak terpenuhi atau tidak kesampaian.
Menurut Baldwin dan Meier setidaknya ada enam aspek ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur ketidak beruntungan (kemiskinan) seseorang atau sekelompok orang/masyarakat, yaitu:

1.    Suatu negara atau masyarakat yang hanya mampu memproduksi barang-barang primer seperti kayu glondong, berbagai hasil pertanian dan perkebunan yang masih mentah dan belum diolah.
2.   Adanya pertambahan penduduk yang tinggi seperti angka kelahiran yang tinggi, penduduk yang berpendidikan dan berketerampilan rendah, dan penduduk yang padat.
3.   Sumberdaya alam yang belum banyak diolah, karena keterampilan penduduk yang rendah.
4.   Pendapatan penduduk yang masih rendah.
5.   Kekurangan kapital atau modal untuk usaha atau pembangunan.
6.   Ekspor barang atau penjualan barang yang masih rendah.

Menurut Laeyendeker, berbagai faktor yang mengakibatkan seseorang petani menjadi miskin antara lain sebagai berikut (Amaludin, 1987):

1.    Mereka yang memiliki atau menguasai alat-alat produksi adalah tergolong sebagai petani yang kaya. Sedangkan mereka yang tidak memiliki atau tidak dapat menguasai alat-alat produksi adalah sebagai petani miskin.
2.   Mereka yang menguasai nilai lebih secara langsung tergolong sebagai petani yang kaya. Sedangkan mereka tidak menguasai nilai lebih secara langsung adalah sebagai petani miskin.
3.   Mereka yang sejak semula menjadi kaum miskin (kaum miskin murni). Mereka itu seperti kaum buruh tani dan kaum pengusaha kecil yang memang miskin, karena tidak adanya kecukupan pada kebiatan usahanya atau kerjanya itu.

Menurut Harris (1991) berbagai faktor yang menyebabkan kemiskinan/ketidakberuntungan antara lain adalah sebagai berikut:

1.   Eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang ada di pedesaan tidak atau kurang menguntungkan secara ekonomi bagi para penduduk.
2.   Kekurangberhasilan pembangunan dan investasi di pedesaan yang tidak menyertakan para ahli secara lintas sektoral, karena yang dibutuhkan tidak hanya ahli ekonomi saja.
3.   Birokrasi pemerintahan yang terlalu panjang dan berbelit ketika adanya investasi di pedesaan dan banyaknya biaya ektra hingga tidak mengefisiensikan investasi yang dilakukan
4.   Pertumbuhan yang tidak konsisten yang terjadi di pedesaan, sehingga petani senantiasa menghadapi hal yang tidak pasti dalam menjalankan dan terutama menjual produksi.

F. Peranan Manusia dalam Perubahan Stratifikasi Sosial
            Stratifikasi sosial (social stratification), sering juga disebut sebagai kelas-kelas sosial, merupakan bagian kajian yang sangat penting dalam ilmu Sosial khususnya Sosiologi. Hal itu karena, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat bagaimanapun bentuknya, dari kehidupan masyarakat sederhana (yang masih tradisional) sampai dengan masyarakat yang kompleks (yang modern), akan dijumpai stratifikasi sosial. Selanjutnya, ilmu sosial, lebih khususnya sosiologi, merupakan ilmu yang mengkaji secara ilmiah tentang kehidupan sosial manusia dan berbagai interaksi yang dilakukan oleh manusia.
            Berbagai fakta empirik menunjukkan bahwa dalam suatu kelompok kehidupan masyarakat (secara ekstrim) pasti ada yang menjadi pemimpin (baik sebagai pemimpin formal maupun informal) dan ada yang dipimpin. Ada orang yang kaya dan orang yang miskin. Ada yang menjadi tokoh ada yang menjadi orang biasa. Ada yang ber-pendidikan tinggi dan ada yang berpendidikan rendah, dan begitu seterusnya. Hal itu merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Kenyataan keadaan masyarakat yang berjenjang dan berkelas-kelas secara sosial itu sering dinamai strati-fikasi sosial.

G.Peranan Manusia dalam Interaksi Sosial-Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa interaksi antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam itu merupakan kodrat manusia. Karena mereka senantiasa hidup dalam alam untuk beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial senantiasa terkait dengan lingkungan alam sekitarnya.
Sebagai makhluk sosial juga, manusia senantiasa melakukan interaksi sesamanya yang senantiasa pula dibatasi oleh ruang dan waktu serta kewilayahan dan kelingkungan yang ada di sekitarnya. Dengan begitu, aktivitas manusia senantiasa terpola dalam suatu kelompok sosial dan kehidupan masyarakat dalam kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan. Hal semacam itu bisa terpola dalam keruangan dan kewilayahan seperti adanya kelompok Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa. Kedua kelompok masyarakat itu mempunyai karakter terkait de-ngan ciri dan tipenya dalam kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan. Selanjutnya juga akan terkait dengan keberadaan institusi sosial atau lembaga masyarakat dalam kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan.
Kehidupan kebudayaan dalam suatu masyarakat senantiasa terkait dengan kondisi keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan yang ada disekitarnya. Sehingga masing-masing masyarakat biasanya memiliki karakter kehidupan kebudayaan dan kemayarakatan yang beragam. Demikian halnya dalam hal kehidupan berbagai lapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang ada, didalam senantiasa terkait dengan kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan.

H.         Peranan Manusia dalam Kegiatan Ekonomi
            Kenyataannya tidak demikian, di mana setiap individu dan atau sekelompok manusia tidak dapat menguasai berbagai hal seperti tersebut secara setara atau sama. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut disesuaikan dengan kondisi individu atau sekelompok manusia itu sendiri dan kondisi lingkungan serta sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Sehingga dijumpai individu atau sekelompok individu yang tidak mampu atau tidak berkesempatan menguasai beberapa aspek yang ter­kait dengan hidup dan ke­hi­dupannya. Di lain fihak, sebagian diantara orang atau sekelompok orang menguasai berlebihan ten­tang barang dan modal (sumberdaya alam) untuk aktivitas ekonomi. Hal itu antara lain karena secara geografik mere­ka berada pada wilayah, ling­kungan, dan keruangan yang lebih menguntungkan.
            Dalam kegiatan ekonomi mengarah pada kajian tingkah laku manusia dalam hidupnya bermasyarakat, khususnya terkait dengan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Aktivitas sehari-hari itu antara lain berupa petani pergi ke sawah melakukan kegiatan bercocok tanam, pekerja dan karyawan pergi ke kantor atau ke pabrik untuk bekerja, pedagang sibuk dan atau pergi ke pasar untuk berdagang, pegawai pergi ke kantor atau bank untuk dinas, dan begitu banyak kegiatan lain yang dilakukan oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari lainnya. Berbagai aktivitas manusia tersebut sebenarnya merupakan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Aktivitas kegiatan semacam itu biasanya disebut sebagai aktivitas ekonomi. Dengan demikian, maka ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kegiatan manusia sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
            Berbagai aktivitas manusia tersebut pasti melakukan hubungan atau interaksi antar manusia. Dalam arti bahwa permasalahan ekonomi tidak terlepas dari mempelajari kegiatan manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya pada suatu masyarakat (Pinch, 1988). Dengan demikian, ilmu ekonomi dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat, khususnya terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Mubyarto, 1973; Wahid, 1976; Irawan dan Suparmoko, 1979).
            Setiap manusia mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan beraktivitas ekonomi yang sama untuk menguasai sesuatu. Penguasan sesuatu tersebut seperti terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan, berperan dalam kehidupan masyarakat, bertangung jawab dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, serta berbagai aktivitas sosial, budaya, politik, dan bahkan beragama.
            Pada satu sisi, fakta menunjukkan bahwa setiap individu dan atau sekelompok manusia tidak dapat menguasai aspek kebutuhan (aspek ekonomi) secara sama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut seperti:
1)     kondisi individu atau sekelompok manusia itu sendiri yang memang tidak sanggup untuk dapat menguasainya,
2)    kondisi lingkungan,
3)    kondisi sumberdaya alam yang ada di sekitarnya yang memang kurang atau tidak bersahabat.
Akibat dari ketiga faktor tersebut maka dijumpai individu atau sekelompok individu yang tidak mampu atau tidak berkesempatan menguasi beberapa aspek yang terkait dengan kebutuhan hidup dan kehidupannya.
            Pada sisi lain, ada sebagian diantara orang atau sekelompok orang yang mampu menguasai secara berlebihan tentang barang dan modal (seperti sumberdaya alam) untuk aktivitas ekonomi. Karenanya mereka biasa disebut orang kaya. Hal itu mungkin karena secara geografik mereka berada pada wilayah, lingkungan, dan keruangan yang lebih menguntungkan.

I.   Peranan Manusia dalam Mobilitas Sosial
Menurut Manning (1983) berbagai faktor yang memberi pengaruh pada keberadaan tenaga kerja dan mobilitas sosial penduduk adalah: partisipasi penduduk atau masyarakat, komposisi umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas migrasi, keterampilan dan jenis pekerjaannya, jenis usaha yang dilakukannya, kesempatan kerja yang ada/ didapat­kannya, modal yang dapat dikuasai, ting­kat penda­pa­tan­nya, berbagai jaringan yang dapat diakses, kesem­pat­an bertum­buh dan per­luasan usaha atau peker­jaannya.
Berdasarkan atas kon­di­si tenaga kerja dan mobili­tas yang ada dalam kehidup­an masyarakat, konsekuensi yang dapat ditumbulkan aki­bat dari permasalahan tena­ga kerja antara lain: Terjadi­nya kemiskinan apabila tena­ga kerja yang tersedia banyak namun lowongan kerja sedikit. Dengan kata lain, harus adanya upaya pencetakan lapangan kerja; Kualitas tenaga kerja yang rendah hal ini terjadi bila banyak tenaga kerja yang kurang terampil. Dengan kata lain, harus adanya upaya pelatihan keterampilan tenaga kerja yang memadai. Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang disertai peningkatan keterampilan tenaga kerja dan disertai dengan turunnya pertumbuhan penduduk. Sehingga pendapatan perkapitan penduduk meningkat; Menciptakan hubungan yang harmonis dengan kajian bahwa secara hitorik pekerja (buruh) dengan juragan (pemilik perusahaan) sebenarnya dapat hidup secara berdampingan sehingga bukan merupakan masalah sosial.

J.  Rangkuman
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan ke semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan alam, baik hayati maupun non hayati, yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya. Faktor penentu sumber daya alam adalah kebutuhan manusia yang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Karena luasnya cakupan sumber daya alam, maka disusun klasifikasi sumber daya alam, yang antara lain meliputi sumber daya alam terbarui dan tak terbarui.

K. Kasus/Permasalahan
1.    Jelaskan pengertian lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial?
2.   Bagamanakah keterkaitan dari ketiga macam lingkungan tersebut?
3.   Apakah daya dukung lingkungan sudah ada yang tidak memadai lagi? Sebutkan contohnya.
4.   Jelaskan perbedaan lingkungan perkotaan dan perdesaan?
5.   Masalah apa saja yang sangat mengganggu lingkungan perkotaan?



0 comments:

Post a Comment