Sunday, February 23, 2014

PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim adalah perubahan dalam distribusi statistik cuaca selama periode waktu yang berkisar dari puluhan tahun hingga jutaan tahun. Dapat menjadi rata-rata perubahan cuaca atau perubahan dalam distribusi peristiwa cuaca di sekitar rata-rata (misalnya, lebih besar atau lebih sedikit peristiwa cuaca ekstrim). Perubahan iklim mungkin terbatas pada wilayah tertentu, atau terjadi di seluruh bumi. Dalam konteks kebijakan lingkungan, perubahan iklim biasanya mengacu pada peru¬bah¬an iklim modern (pemanasan global). Perubahan iklim menunjuk pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Konsentrasi gas CO2 penyebab paling dominan terhadap adanya peru¬bah¬an iklim saat ini, terutama terjadinya emisi gas rumah kaca (GRK). Bab III tentang perubahan iklim dibahas beberapa penyebab, dampak yang ditimbulkan dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi penyebab perubahan iklim. Hal tersebut harus disadari sejak dini karena perubahan iklim dapat merupakan ancaman bagi kehidupan. Perubahan Iklim Perubahan iklim menunjuk pada adanya perubahan pada iklim yang dise-babkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Perubahan iklim yang terjadi sekarang menunjukan bumi dengan cepat menjadi hangat. Sebagian besar dari para pakar iklim terkemuka di dunia menyatakan pemanasan ini terutama pengaruh terperangkapnya gas yang dikeluarkan oleh kegiatan manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil – batubara, minyak dan gas serta kerusakan hutan. Gas Rumah Kaca (GRK) disebut demikian karena mereka Definisi Iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dsb.nya). Pemanasan Global adalah indikasi naiknya suhu muka bumi secara global (meluas dalam radius ribuan kilometer) terhadap normal/rata-rata catatan pada kurun waktu standard (ukuran Badan Meteorologi Dunia/WMO: minimal 30 tahun). Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dsb.nya) secara global terhadap normalnya. memerangkap panas matahari di atmosfer dengan cara yang sama seperti kaca dari greenhouse. Efek Rumah Kaca ialah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O (nitrogen dioksida), PFCS (perfluoro¬karbon), HFCS (hidrofluorokarbon), dan SF6 (sulfurheksa-fluorida). Ilustrasi proses pemanasan global oleh kegiatan manusia seperti Gambar 3.1 Emisi gas rumah kaca (GRK) yang kontinu pada atau di atas tingkat kecepatannya saat ini akan menyebabkan pemanasan lebih lanjut dan memicu perubahan-perubahan lain pada sistem iklim global selama abad ke-21 yang dam-paknya lebih besar daripada yang diamati pada abad ke-20. Emisi GRK yang disebabkan oleh kegiatan manusia telah mengaki¬bat¬kan adanya penebalan selubung tersebut, sehingga banyak panas yang terperangkap dan memicu timbulya pemanasan global. Bahan bakar fosil adalah sumber emisi GRK terbesar dari aktivitas manusia. Perubahan iklim sudah terjadi dan merupakan salah satu ancaman planet yang terbesar terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi. Uni Eropa berkomitmen untuk bekerja secara konstruktif untuk kesepakatan global untuk mengendalikan perubahan iklim, dan memimpin jalan dengan mengambil tindakan ambisius sendiri. Pemanasan dari sistem iklim tegas, sebagaimana saat ini terlihat dari pengamatan kenaikan rata-rata global suhu udara dan laut, meluas mencairnya salju dan es, dan berarti naiknya permukaan laut. Bumi suhu permukaan rata-rata telah meningkat 0,76° C sejak tahun 1850. Sebagian besar pemanasan yang telah terjadi selama 50 tahun terakhir ini sangat mungkin telah disebabkan oleh aktivitas manusia. Dalam Laporan Penilaian Keempat (AR4), diterbitkan pada tahun 2007, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang menyatakan proyek-proyek tanpa ada tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, maka rata-rata global suhu permukaan akan naik lagi 1,8-4,0 ° C abad ini, dan hingga 6,4 °C dalam skenario terburuk. Proyeksi pemanasan global abad ini kemungkinan akan memicu konsekuensi serius bagi umat manusia dan bentuk kehidupan lain, termasuk kenaikan tinggi air laut antara 18 dan 59 cm yang akan membahayakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan frekuensi yang lebih besar pada peristiwa cuaca ekstrim. Sumber Penyebab Perubahan Iklim Faktor-faktor penyebab yang dapat membentuk iklim sering disebut kekuatan iklim. Ini termasuk proses-proses seperti variasi radiasi matahari, penyimpangan dalam orbit bumi, gunung – bangunan dan pergeseran benua, dan perubahan konsentrasi gas rumah kaca. Beberapa bagian dari sistem iklim, seperti lautan dan gunung es, menanggapi perlahan-lahan sebagai reaksi terhadap iklim memaksa karena mereka massa yang besar. Oleh karena itu, sistem iklim dapat mengambil abad atau lebih lama untuk merespons sepenuhnya kekuatan eksternal baru. Hubungan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan pemanasan global adalah efek rumah kaca menyebabkan terjadinya pemanasan global yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Hubungan diantara ketiganya adalah hubungan sebab-akibat. Karbondioksida adalah penyebab paling dominan terhadap adanya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa pra-industri yaitu 278 ppm (parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Jika konsentrasi karbondioksida stabil pada 550 ppm atau dua kali lipat dari masa pra-industri pemanasan rata-rata diperkirakan mencapai 2-4,5oC. GRK turut berperan dalam pemanasan dan jika dampak dari emisi GRK tersebut setara dengan dampak karbondioksida 650 ppm, iklim global akan memanas sebesar 3.6oC. Apabila sampai menembus angka 750 ppm akan mengakibatkan terjadinya pemanasan sebesar 4.3oC. Proyeksi perubahan iklim bergantung kepada beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, populasi, perkembangan teknologi dan faktor lainnya. Bertambahnya jumlah penduduk berimbas meningkatnya aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penebangan hutan di Negara berkembang secara besar-besaran, pembakaran semak untuk perluasan tanah produktif bagi masyarakat ladang berpindah serta pembuangan gas proses industri melalui cerobong seperti Gambar 3.2 merupakan pemasok emisi GRK Sumber emisi GRK terbesar menurut pantauan badan lingkungan hidup Eropa adalah sektor listrik yang menggunakan bahan bakar fosil, kemudian hasil gas buang dari kendaraan dan dari aktivitas industri sebagaimana pada Gambar 3.3. Dampak Perubahan Iklim Siklus hidrologi merupakan alur distribusi air di bumi sehingga kehidupan dapat berjalan selaras. Perubahan iklim mengakibatkan kenaikan temperatur telah mempercepat siklus hidrologi. Atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas yang lebih besar juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air adalah menurunya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan yang semakin lebat. Perubahan iklim yang membawa perubahan siklus hidrologi menimbulkan gejala alam lain seperti : 1. Munculnya gejala alam global El Nino dengan konsekuensi dampak pada fluktuasi/variabilitas iklim global dengan adanya kekeringan yang berkepan-jangan dan banjir di tempat lainnya (kontribusi pada krisis ekonomi dunia 1998). 2. Muncul isu penggurunan (desertifikasi) di Afrika dan Asia. 3. Muncul gejala cuaca ekstrim seperti gelombang panas/ dingin dan badai tropis, badai pasir. 4. Munculnya isu lingkungan regional baru seperti Asian Brown Cloud, kebakaran dan pencemaran asap lintas batas ASEAN (Fires and Transboundary Haze). Perubahan iklim di Indonesia juga dirasakan mengganggu pola kehidupan dan bencana dibeberapa daerah. Komunitas yang paling miskin akan menjadi yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit untuk melakukan usaha untuk mencegah dan mengatasi dampak dari perubahan iklim dengan kurangnya kemam¬puan. Beberapa komunitas yang paling rentan adalah buruh tani, suku-suku asli dan orang-orang yang tinggal di tepi pantai. Catatan dampak Regional dan Lokal di Indonesia seperti: 1. Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung import pangan. 2. Musim kemarau kering dengan kecenderungan hujan makin turun salah satu dampak kebakaran lahan dan hutan sering terjadi dan berlanjut dengan pencemaran asap di wilayah Sumatra dan Kalimantan. 3. Muka air danau/waduk banyak makin susut, terutama di Jawa Timur sering dijumpai waduk Karangkates, Selorejo, Malang dan Bening di Widas. 4. Konsentrasi es di Puncak Jayawijaya Papua semakin berkurang. 5. Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor dalam beberapa tahun terakhir. 6. Kota yang dulunya sejuk kini menjadi hangat misal Kota Batu. 7. Mulai giatnya banjir pasang (rob) yang cenderung meluas yang terjadi di wilayah Semarang Jawa Tengah. 8. Maraknya badai lokal atau puting beliung yang meluas di kawasan yang sebelumnya belum atau jarang terjadi, daerah Situbondo. 9. Suhu perkotaan kian naik (urban heat island), seperti kota Surabaya dan Gresik sebagai indikator lanjutan dampak pemanasan dan perubahan iklim. Dampak perubahan iklim terhadap perikehidupan dan gejala alam diberbagai bidang diantaranya: 1. Meningkatnya Resiko Kesehatan Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria (Gambar 3.4) dan penyakit-penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan resiko penyakit-penyakit pada saat gelombang panas (heat waves). 2. Kenaikan Muka Laut Prediksi paling baik untuk kenaikan muka laut akibat perluasan lautan dan pencairan gletser pada akhir abad 21 (dibandingkan dengan keadaan pada 1989-1999) adalah 28-58 cm. Hal ini akan menyebab¬kan memburuknya bencana banjir di daerah pantai dan erosi. Kenaikan muka laut yang besar hingga 1 meter pada 2100 tidak dapat dibenarkan apabila lapisan es terus mencair seiring dengan kenaikan temperatur. Saat ini terdapat bukti yang menunjukkan bahwa lapisan es di Antartika dan Greenland perlahan berkurang dan berkontribusi terhadap kenaikan muka laut. Sekitar 125.000 tahun yang lalu, ketika daerah kutub lebih hangat daripada saat ini selama periode waktu ter-tentu, pencairan es kutub telah menyebabkan muka laut naik mencapai 4-6 meter. Kenaikan muka laut memiliki kelembaman besar dan akan terus berlangsung selama berabad-abad. 3. Pengurangan tutupan salju dan Gletser yang mencair Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada saat musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara dan sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5.8 hari lebih lambat daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6.5 hari. Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada kedua belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut sebesar 0.77 milimeter per tahun sejak 1993–2003. Berkurangnya lapisan es di Greenland dan Antartika berkontribusi sebesar 0.4 mm pertahun untuk kenaikan muka laut (antara 1993–2003). 4. Kekeringan Di belahan dunia lain termasuk sering terjadi di Indonesia perubahan iklim suhu tinggi atau terjadi musim kemarau panjang. Indonesia sebagai Negara agraris terutawa banyak wilayah pertanian tadah hujan, perubahan iklim yang demikian sangat merugikan, banyak lahan kering dan gagal panen. Upaya Mengurangi Penyebab Perubahan Iklim Dengan adanya tindakan sedini mungkin, peningkatan peramalan iklim musiman, ketahanan pangan, suplai air bersih, respon darurat dan bencana, sistem peringatan dini kelaparan dan cakupan dari asuransi dapat mengurangi kehancuran dari perubahan iklim di masa yang akan datang dan juga menghasilkan banyak keuntungan berguna. 1. Kemampuan beradaptasi Meskipun adaptasi terhadap perubahan iklim sangat penting bagi seluruh negara, hal ini menjadi sangat penting bagi negara-negara berkembang yang perekonomiannya sangat bergantung pada sektor dengan pengaruh iklim yang tinggi, seperti pertanian, dan sangat sulit beradapatasi dibandingkan dengan negara-negara industri. 2. Menghindari kerugian ekonomi Tanpa upaya yang sesuai peningkatan temperatur sebesar 2.5°C akan berpengaruh pada penurunan GDP sebesar 0,5-2 persen, dan ke¬ru¬gi¬an yang lebih besar akan dirasakan pada negara-negara berkembang. Dengan membuat proyek pembangunan lebih tahan pada pengaruh perubahan iklim diperlukan peningkatan biaya sekitar 5-20 persen di seluruh bagian. 3. Pembatasan bantuan Dalam perencanaan selama ini, estimasi memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil dari bantuan pendanaan proyek pembangunan yang tidak memasukkan resiko iklim dalam perencanaannya. 4. Penundaan berarti resiko yang lebih besar Penundaan dalam menerapkan adaptasi, termasuk penundaan dalam bantuan dan dana dalam adaptasi di negara-negara berkembang, secara langsung meningkatkan biaya dan bahaya yang lebih besar pada manusia di masa depan. Banyak peristiwa seperti kekeringan, keanehan monsun atau kerugian dari mecairnya lapisan es, dapat membuat ketahanan populasi bergeser dalam skala yang besar dan terjadinya konflik yang besar dalam berkompetisi mendapatkan kelangkaan sumber daya seperti air, makanan dan energi. 5. Pentingnya strategi penyesuaian Adaptasi, pada tingkatan nasional adalah adanya inisiasi dalam menerapkan strategi adaptasi secara efektif, termasuk peningkatan berbasis keilmuan da-lam pengambilan keputusan, sarana dan metode dalam pelaksanaan adapta-si, pendidikan, training dan kedaran publik (termasuk anak-anak) terhadap adaptasi ini, pengembangan kemam¬pu¬an individu maupun institusi, transfer dan pengembangan teknologi, dorongan pada strategi penanganan untuk skala lokal. Selain itu, dimungkinkannya inisiasi dalam adaptasi yang memasukkan kerangka undang-undang dan regulator kedalam tindakan-tindakan sehingga dapat mudah untuk diterapkan. Menggunakan perubahan iklim sebagai penggerak dalam suatu kegiatan dengan keuntungan yang berlipat dapat menjadi katalisator dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan tentunya memberikan kontribusi terhadap objek¬ti¬vi¬tas dari adaptasi. Rangkuman Perubahan iklim menunjuk pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. GRK turut berperan dalam pemanasan yang berimbas perubahan iklim. Sumber emisi GRK terbesar menurut pantauan badan lingkungan hidup Eropa adalah sektor listrik yang menggunakan bahan bakar fosil, kemudian hasil gas buang dari kendaraan dan dari aktivitas industri. Perubahan iklim di Indonesia juga dirasakan mengganggu pola kehidupan dan bencana dibeberapa daerah. Komunitas yang paling miskin akan menjadi yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, akibat lain terhadap perikehidupan dan gejala alam diberbagai bidang: meningkatnya resiko kesehatan, kenaikan muka laut, berkurang¬nya penutupan es dan mencairnya gletser serta kekeringan. Menghadapi masalah perubahan iklim dituntut upaya untuk mengurangi resiko yang lebih besar, terutama mengurangi sumber penyebab pemanasan global dan upaya adaptasi dan langkah lain yang dapat mengurangi resiko akibat perubahan iklim. Kasus Amati kehidupan di masyarakat sekitar dan kumpulkan informasi tentang iklim 10 tahun, 5 tahun, 2 tahun yang lalu dibandingkan tahun ini. Kapan waktu terjadi perubahan iklim yang sangat dirasakan dari berbagai peristiwa yang terjadi. Adakah upaya dari masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim pada waktu berikutnya.

0 comments:

Post a Comment