Monday, February 24, 2014

MANUSIA DAN LINGKUNGAN



Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila, dan religi harus dikembangkan secara seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada di antara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.
Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendi­dikan, baik pendidikan yang formal, informal maupun nonformal. Dalam kenyataannya, manusia menunjukkan bahwa pendidikan merupakan pembimbingan diri sudah berlangsung sejak zaman primitif. Kegiatan pendidikan terjadi dalam hubungan orangtua dan anak.
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama. Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Pengertian dan Komponen Ekosistem

Konsep Ekosistem
Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh Roy Clapham pada tahun 1930. Menurut Clapham dalam suatu ekosistem antara makhluk hidup dengan lingkungannya terjadi hubungan satu sama lain sebagai suatu unit. Athur Tansley, seorang ahli lingkungan Inggris pada tahun 1935 menggunakan istilah ekosistem untuk menggambarkan  hubungan timbal balik antara komponen biotik dan komponen abiotik.     
Ekosistem merupakan kumpulan makhluk hidup (tumbuhan, hewan, organisme mikro) yang tinggal bersama-sama dalam suatu wilayah, saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang komplek dan dinamis.  Menurut Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 th 1997: Ekosistem adalah tatanan secara utuh  menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Jadi ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menye­luruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas  lingkungan hidup.
Semua makhluk hidup di dunia ini tidak ada yang hidup mandiri. Setiap makhluk hidup akan bergantung pada makhluk hidup lain dan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh makanan, tumbuh dan berkembang biak, serta tempat berlindung. Hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya bersifat timbal balik dan komplek. Setiap mahluk hidup berada dalam lingkungannya masing-masing, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik yaitu semua makhluk hidup yang berada di sekeliling organisme, dan lingkungan abiotik yaitu faktor-faktor tidak hidup seperti iklim (suhu, kelembaban, cahaya), tanah dan garam-garam mineral yang larut dalam tanah, air, udara dan lain-lain. Lingkungan abiotik dapat mempengaruhi makhluk hidup dan sebaliknya makhluk hidup dapat mempengaruhi lingkungan abiotik. Demikian juga makhluk hidup dapat empengaruhi makhluk hidup yang lainnya. Hubungan timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dengan lingkungan abiotik dikenal dengan istilah ekosistem atau sistem ekologi.

Komponen-Kompenen Ekosistem
            Ekosistem terdiri dari dua komponen utama yaitu kompoenen abiotik dan komponen biotik.

Komponen Biotik
            Komponen biotik merupakan komponen ekosistem berupa makhluk hidup yang dapat dikelompokkan berdasarkan perannya dalam rantai makanan  meliputi produsen, konsumen, dan decomposer (pengurai).
a.                Produsen yaitu tumbuhan yang memiliki zat hijau daun. Produsen mampu menangkap energi matahari melalui fotosintesis dan menyerap nutrisi dari tanah, menyimpan energi untuk digunakan oleh tumbuhan itu sendiri dan oleh organisme lain. Rumput, semak, pohon, lumut, dan beberapa bakteri juga bersifat autotrof sehingga dikelompokkan ke dalam produsen. When these plants die they provide energy for a host of insects, fungi and bacteria that live in and on the soil and feed on plant debris.
b.               Konsumen adalah organisme yang tidak memiliki kemampuan untuk menangkap energi matahari, tetapi mengkonsumsi tanaman dan/atau hewan untuk memperoleh energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan kegiatan. Konsumen dibagi lagi menjadi tiga jenis berdasarkan pada kemampuan mereka untuk mencerna bahan tanaman dan hewan:
·                  Herbivora hanya makan tumbuh-tumbuhan, seperti as the elk that graze the grasslands of the Columbia valley, or an insect nibbling on the leaf of a sticky geranium.seperti rusa yang merumput di padang rumput lembah Columbia, atau serangga menggigit daun geranium yang lengket.
·                  Omnivores eat both plants and animals, such as the black bear.Omnivora makan baik tumbuhan dan binatang, seperti beruang hitam.
·                  Carnivores eat only animals, such as the red-tailed hawk or western rattlesnake.Karnivora hanya makan binatang, seperti elang ekor merah atau barat ular berbisa.
c.                Dekomposer (pengurai), yaitu organisme yang memperoleh energi dengan cara menguraikan bahan organik mati (detritus), menyerap sebagian hasil penguraian dan  melepaskan unsur-unsur dan senyawa yang pada gilirannya diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan. Organisme yang termasuk dekomposer yaitu jamur, alga dan bakteri.

Komponen Abiotik
            Tumbuhan dan binatang-binatang untuk tumbuh dan beraktivitas memerlukan beberapa faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor tersebut adalah Iklim (cahaya, temperatur, air, udara  atau gas-gas di atmosfir) dan faktor-faktor edafik  (tanah).

a.            Iklim  
Iklim ditentukan oleh berbagai faktor yang berinteraksi seperti cahaya matahari, curah hujan, suhu dan pola angin yang terjadi di suatu daerah, dan merupakan komponen abiotik yang paling penting dari ekosistem. Suhu, bersama-sama dengan curah hujan, menentukan apa­kah suatu ekosistem berupa padang rumput, hutan, atau kombinasi keduanya. Jumlah dan distribusi curah hujan suatu daerah dalam setahun berpengaruh terhadap jenis dan produktivitas tanaman suatu ekosistem.


b.           Cahaya
Energi cahaya (cahaya matahari) adalah sumber energi utama dari  hampir semua ekosistem termasuk ekosistem air tawar. Cahaya adalah energi yang digunakan oleh tumbuhan hijau (yang mengandung butir hijau daun) untuk proses fotosintesis yaitu suatu proses pembentukan zat organik dari  zat anorganik.
Faktor-faktor seperti banyaknya cahaya, intensitas cahaya, dan panjang periode terang (panjang siang) memainkan peran yang penting dalam satu ekosistem.
Di dalam ekosistem-ekosistem akuatik, banyaknya cahaya merupa­kan suatu faktor pembatas. Cahaya matahari pada ekosistem perairan yang dalam hanya menembus pada kedalaman tertentu.

c.            Suhu
Suhu suatu perairan menggambarkan panas yang terdistribusi pada suatu volume tertentu di perairan itu. Matahari merupakan sumber panas utama untuk perairan. Suhu air dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketinggian tempat, suhu udara, dan iklim. Suhu sebagai salah satu faktor penentu dalam ekosistem perairan sangat berpengaruh terhadap penyebaran suatu spesies, karena setiap spesies memiliki kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda-beda.
Distribusi tumbuhan dan binatang-binatang adalah sangat dipenga­ruhi oleh suhu yang ekstrim. Ekstremum-ekstremum di dalam temperatur sebagai contoh musim yang hangat. Berikut adalah contoh-contoh dari pengaruh suhu terhadap makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Mekarnya bunga-bunga dari berbagai tumbuhan sepanjang hari dan malam sering karena perbedaan suhu antara siang malam. Bunga Wijayakusuma memerlukan suhu tertentu untuk mekar, itulah sebabnya bunga wijayakusuma mekar pada tengah malam. Pohon-pohon jati berganti daun setiap tahun menggugurkan daun-daun mereka pada waktu musim panas.
Binatang-binatang, dapat dibedakan antara yang ectothermic ("berdarah dingin" atau poikilothermic misalnya katak dan kadal) dan binatang-binatang yang endotermis ("berdarah panas" atau homothermic misalnya tikus dan kelinci).
Di padang pasir terjadi perbedaan suhu yang lebih besar antara siang dan malam dan organisme-organisme mempunyai aktivitas dengan periode-periode yang terpisah; contohnya banyak kaktus berbunga pada malam hari dan diserbukkan oleh serangga-serangga pada malam hari.

d.           Air
Air merupakan habitat tumbuhan dan binatang akuatik. Air adalah penting bagi makhluk hidup dan semua organisma bergantung padanya untuk bertahan hidup. Tumbuhan dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok menurut keperluan air mereka:
·                 Hydrophyte adalah tumbuhan yang tumbuh dan berkembang dalam air misalnya, teratai.
·                 Mesofit adalah tumbuhan dengan persyaratan-persyaratan air sedang, contoh bunga mawar.
·                 Xerofita adalah tumbuhan yang berkembang dalam lingkungan-lingkungan kering di mana mereka sering kali mengalami kekurangan air misalnya kaktus dan tumbuhan sukulenta. Pohon gaharu yang banyak tumbuh di Nusa Tenggara Timur adalah xerofita-xerofita.

Udara di atmosfer
Udara yang paling penting yang digunakan oleh tumbuhan dan binatang adalah oksigen, gas CO2 dan Nitrogen.
·                 Oksigen. Oksigen digunakan oleh semua organisma-organisma yang hidup selama pernapasan.
·                 Karbon dioksida. Karbon dioksida dibutuhkan oleh tumbuhan hijau selama fotosintesis.
·                 Nitrogen. Nitrogen bebas tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan dan hewan. Hanya beberapa makhluk hidup prokariotik (bakteri dan ganggang biru) yang mampu mengikat N2 bebas dari atmosfer. Tanaman memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrat (NO-) atau amonia (NH3). Nitrogen diubah menjadi nitrat atau amonia oleh bakteri yang tertentu dengan bantuan kilat.

Tanah (faktor edafik)
Tanah berkembang dari bahan induk bagian atas dan merupakan campuran dari komponen komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen abiotik tanah meliputi tekstur tanah (ukuran partikel tanah), udara tanah, suhu tanah, air tanah, larutan tanah dan pH. Komponen biotik tanah yaitu organisma-organisma tanah. Jenis bahan induk di daerah tertentu mempengaruhi tekstur tanah. Kombinasi tekstur tanah, aliran air dan kimia menentukan vegetasi yang tumbuh di daerah tersebut.
Ukuran dari partikel-partikel tanah bervariasi dari tanah liat dengan partikel yang mikroskopis sampai pasir dengan partikel-partikel yang lebih besar. Tanah liat adalah suatu campuran dari partikel-partikel pasir dan tanah liat. Tanah berpasir mempunyai aerasi yang bagus, air yang berlebih dialirkan dengan dengan cepat, mengandung sedikit unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan, dan mudah untuk dinanami. Tanah liat adalah cocok untuk pertumbuhan tanaman karena kaya akan mineral, tetapi sirkulasi udaranya jelek.
Tanah memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem. It provides the material in which plants grow, holds moisture for plants to absorb, is the "recycling bin" for plant and animal matter, and provides an important habitat for soil organisms.Tanah menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, dan menyediakan habitat penting bagi organisme tanah. Soil is a vital link between the biotic and abiotic parts of a grassland ecosystem. Tanah adalah penghubung yang penting antara komponen biotik dan abiotik dari ekosistem padang rumput.

Hubungan Timbal Balik Mahluk Hidup dan Lingkungannya
Keberlangsungan hidup suatu organisme bergantung pada ling­kungannya. Makhluk hidup mendapatkan materi dan energi dari lingkungan­nya. Tumbuhan memerlukan materi (garam-garam mineral, air, oksigen, karbondioksida), dan cahaya matahari (energi) dari lingkungan. Tumbuhan mengubah bahan-bahan mentah dengan bantuan energi sinar matahari menjadi zat gula (karbohidrat). Materi dan energi dari tumbuhan akan diteruskan ke hewan pemakan tumbuhan. Materi dan energi dari hewan pemakan tumbuhan diteruskan ke hewan pemakan daging. Materi dan energi yang berasal dari lingkungan abiotik akan kembali ke lingkungan abiotik. Tumbuhan bernafas mengambil oksigen dari ling­kungan abiotik, tumbuhan mengeluarkan air dan karbondioksida ke lingkungan abiotik. Karbon dioksida dan air yang ada di lingkungan abioik diambil oleh tanaman lain untuk fotosintesis dengan bantuan energi matahari. Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat dan oksigen yang dikembalikan ke lingkungan abiotik. Selanjutnya oksigen yang ada di lingkungan abiotik dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain untuk bernafas.
Berdasarkan sejarah terbentuknya, ekosistem dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.                Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alami, tanpa adanya pengaruh atau campur tangan manusia. Misalnya, ekosistem gurun pasir, ekosistem hutan tropis, ekosistem hutan gugur, ekosistem padang rumput. Setiap ekosistem mempunyai ciri khas. Ciri itu sangat ditentukan oleh faktor suhu, curah hujan, iklim, dan lain-lain.
2.               Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Misalnya, kolam, waduk, sawah, ladang, dan tanam. Pada umumnya, ekosistem buatan mempunyai komponen biotik sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya. Pada ekosistem sawah, komponen biotik yang banyak, yaitu padi dan kacang.
3.                Ekosistem Suksesi, yaitu ekosistem yang merupakan hasil suksesi lingkungan yang sebelumnya didahului oleh kerusakan. Pada lingkungan demikian, jenis tumbuhan yang berkembang ditentukan oleh jenis organisme yang hidup di sekitarnya. Contoh ekosistem suksesi adalah ekosistem gunung Anak Krakatau.

Padang rumput adalah bagian penting dari bumi yang luasnya sekitar 25% dari permukaan bumi. Padang rumput menyediakan tanah yang luas untuk penggembalaan baik hewan liar maupun hewan peliharaan, serta lahan datar yang cocok untuk bercocok tanam. Padang rumput terjadi di daerah yang beriklim panas dan curah hujan yang rendah. Salah satu jenis padang rumput luas yaitu savana.
Savana berada di wilayah yang beriklim tropis terdapat di wilayah dengan curah hujan 50-130 cm per tahun, tetapi dengan musim kering yang panjang dan mudah terbakar.  Savana yang terluas di dunia terdapat di Afrika dan di Australia. Tumbuhan yang berupa rerumputan dan pohon-pohon yang hidup harus tahan terhadap musim kering dan api, maka jumlah jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di savana ini tidak banyak, tidak seperti yang hidup di hutan hujan tropis. Rumput-rumput dari marga Panicum, Pennisetum, Andropogon dan Imperata mendominasi lingkungan ini, sedangkan pepohonan yang hidup di sana sama sekali berbeda dengan jenis pohon yang hidup di hutan hujan tropis. Di Afrika diantaranya terdapat pohon Acacia yang terbesar di savana. Di Indonesia padang savana ini dapat ditemukan di Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur.

Keanekaragaman Hayati     
Para ahli biologi mendefinisikan keanekaragaman hayati atau biodiversitas sebagai keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem suatu wilayah. Bruce A. Wilcox dalam makalah yang dipresentasikan pada konferensi tentang Konservasi Alam dan Sumber Daya Alam untuk Taman Nasional Dunia di Bali pada tahun 1982 mendefinisikan keanekaragaman hayati adalah berbagai bentuk kehidupan di semua tingkat sistem biologis, yaitu molekul (gen), organisme, populasi, spesies, dan ekosistem. Selanjutnya, pada tahun 1992 Peserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan KTT Bumi di Rio de Janeiro mendefinisikan keanekaragaman hayati sebagai variabilitas di antara organisme hidup dari semua sumber, termasuk antara ain darat, laut, dan ekosistem perairan. Keanekaragaman organisme ini termasuk keragaman spesies dalam ekosistem.
Menurut Emil Salim keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keadaan beragamnya ekosistem, jenis, dan variabilitas genetika.  Dari berbagai definisi tersebut secara singkat dapat di simpulkan bahwa keanekaragaman hayati adalah variasi kehidupan di semua tingkat biologi.
Setiap individu mengandung ratusan gen bahkan ribuan gen, dan spesies terdiri dari banyak individu, sedangkan ekosistem merupakan kunpulan banyak spesies yang saling berinteraksi satu dengan yang lainya juga dengan lingkungan fisiknya. Dengan demikian di antara berbagai macam keanekaragaman hayati terjadi saling keterkaitan.
Selain itu keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: 1) keanekaragaman hayati primer, yaitu kemungkinan terlestarikannya keanekaragaman hayati di hutan primer alamiah, cagar alam, dan tanaman suaka/kebun botani, kebun binatang dan sejenisnya, 2) keanekaragaman hayati sekunder adalah keanekaragaman spesies/ jenis yang dibudidayakan oleh manusia yang secara regular di tanam, dipelihara, dipanen, dibongkar untuk diganti dengan yang baru, baik spesies yang sama atau spesies lain. Tingkat kelestarian keanekara­gam­an hayati sekunder sangat labil, lebih ditentukan oleh nilai ekonomi, mutu produk, teknologi yang diharapkan dan budaya manusia pengelolanya.

Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
            Harus disadari bahwa keberadaan generasi sekarang dan seterus­nya sangat bergantung pada keberadaan keanekaragaman hayati. Hal ini disebabakan betapa pentingnya manfaat keanekaragaman hayati bagi kelangsugan hidup manusia. Pemanfaatan keanekaragaman hayati berbeda-beda sesuai dengan karakteristik sumber keanekaragaman hayati. Namun secara umum keanekaragaman hayati mempunyai bebera­pa manfaat sebagai berikut.

1.            Keseimbangan Alam
            Keanekaragaman hayati juga mendukung sejumlah proses-proses ekosistem alam seperti menjaga stabilitas iklim (mempertahankan persentase CO2, Oksigen, mencegah erosi, mempertahankan siklus air). Sejak zaman batu hilangnya spesies telah dipercepat oleh aktivitas manusia. Laju kepunahan spesies sulit untuk diperkiraan, tapi telah diperkirakan sekarang laju kepunahan spesies 100 kali lebih cepat dibanding pada zaman batu. Hutan belantara dengan satwa liar telah banyak yang berubah menjadi lahan pertanian, pertambangan, dan perkotaan untuk manusia. Lebih parah lagi banyaknya pestisida untuk melindungi makanan manusia justru mempercepat hilangnya spesies. Sebagian besar jenis burung dapat hilang dalam kurun waktu 100 tahun. Hilangnya sebagian besar hutan dapat menyebabkan erosi dan berkurangnya oksigen di atmosfer.

2.           Pertanian
            Keanekaragaman gen merupakan sumber plasma nutfah (sumber genetis) dalam bentuk varietas liar yang hidup secara alamiah di alam. Keragaman gen sangat penting untuk meningkatkan kualitas tanaman pangan seperti kentang, padi, gandum dan sebagainya. Peningkatan produksi tanaman budidaya selama 250 tahun terakhir telah banyak memanfaatkan keanekaragaman genetik yang berasal dari tanaman liar. Contoh ketika hama wereng menyerang sawah di Indonesia pada tahun1970-an, diuji 6,273 varietas padi tahan terhadap hama wereng dan ditemukan satu varietas padi yang tahan terhadap hama wereng.
            Tanaman yang heterogen (keanekaragaman tanaman) dapat mem­bantu memulihkan system ketika jenis tanaman yang dominan diserang oleh suatu penyakit. Tanaman monokultur (kurangnya keanekaragaman hayati), merupakan faktor untuk beberapa bencana dalam sejarah pertanian. Keanekaragaman hayati yang tinggi dapat mengontrol penyebaran penyakit tertentu .
            Keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan bagi manusia, Manusia menggunakan setidaknya 40.000 jenis tanaman dan hewan sebagai sumber makanan,tempat tinggal dan pakaian. Ada potensi yang belum dimanfaatkan untuk meningkatkan berbagai produk makanan yang cocok untuk dikonsumsi manusia.

3.           Kesehatan
            Hubungan keanekaragaman hayati bagi kesehaan manusia menjadi isu utama politik internasional. Masalah ini juga terkait dengan isu perubahan iklim, karena banyak resiko kesehatan yang diakibatkan olehi perubahan iklim, berhubungan dengan perubahan dalam keanekara­gaman hayati (misalnya perubahan populasi dan penyebaran vektor penyakit, kelangkaan air bersih, dampak terhadap keanekaragaman hayati pertanian dan sumber makanan, dll). Beberapa masalah kesehatan dipengaruhi oleh keanekaragaman hayati termasuk kesehatan dan gizi,  penyakit menular, ilmu kedokteran dan obat-obatan, sumber daya, sosial dan kesehatan psikologis dan kesejahteraan rohani). Keanekaragaman hayati juga dikenal memiliki peran penting dalam mengurangi risiko bencana, dan bantuan pasca-bencana dan upaya pemulihan.
            Salah satu masalah kesehatan utama yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati adalah bahwa penemuan obat dan ketersediaan sumberdaya obat. Bagian penting dari obat-obatan yang diperoleh, secara langsung atau tidak langsung, dari sumber-sumber biologis; Chivian dan Bernstein melaporkan bahwa sedikitnya 50% dari senyawa farmasi di pasar di Amerika Serikat berasal dari senyawa alami yang ditemukan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, sementara sekitar 80% penduduk dunia tergantung pada obat-obatan dari alam (digunakan dalam baik modern atau tradisional praktek medis) untuk pelayanan kesehatan. Selain itu, hanya sebagian kecil dari total keragaman spesies liar telah diselidiki berpotensi sebagai  sumber-sumber baru obat-obatan.
Rangkuman
            Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh Roy Clapham pada tahun 1930. Menurut Clapham dalam suatu ekosistem antara makhluk hidup dengan lingkungannya terjadi hubungan satu sama lain sebagai suatu unit. Athur Tansley, seorang ahli lingkungan Inggris pada tahun 1935 menggunakan istilah ekosistem untuk menggambarkan hubungan timbal balik antara komponen biotik dan komponen abiotik.
Hubungan keanekaragaman hayati bagi kesehaan manusia menjadi isu utama politik internasional. Masalah ini juga terkait dengan isu perubahan iklim, karena banyak resiko kesehatan yang diakibatkan olehi perubahan iklim, berhubungan dengan perubahan dalam keanekaragaman hayati (misalnya perubahan populasi dan penyebaran vektor penyakit, kelang­kaan air bersih, dampak terhadap keanekaragaman hayati pertanian dan sumber makanan dll).
Kasus/Permasalahan
          Terjadinya bencana lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, telah mengubah kondisi lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Cobalah untuk mengidentifikasi beberapa perubahan yang terjadi terhadap lingkungan alam dan sosial di Porong, Sidoarjo.

0 comments:

Post a Comment