Pengertian dan Jenis Bencana Alam
Bencana alam
adalah peristiwa alam yang menimbulkan resiko dan bahaya terhadap kehidupan
manusia. Bencana alam itu terjadi dimana-mana, dan terjadi pada masa lampau,
masa sekarang, dan masa yang akan datang. Kejadian bencana alam seperti
tsunami, gempa bumi, letusan gunungapi, longsor lahan, amblesan tanah, badai
taipon, banjir, kebakaran hutan, dan badai salju adalah bencana yang banyak
melanda berbagai negara dan bangsa, dan menimbulkan banyak kerugian baik berupa
harta, benda, bahkan nyawa manusia (Sutikno, 1985).
Apabila
diperhatikan ternyata bencana alam terjadi pada lingkungan yang sangat
bervariasi. Lingkungan terjadinya bisa terjadi di dataran, pegunungan, daerah
pantai, ataupun daerah yang subur.
Jenis bencana
alam yang pernah melanda Indonesia antara lain:
Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang, secara harafiah berarti "ombak besar di
pelabuhan") adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa
laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian
dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai,
ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak
pada kecepatan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut
(misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga
mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan, erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan
kepulauan.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih. Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh
gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau, tahun 1883.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut,
yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut
di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer
per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih
50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya
beberapa centimeter hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat
mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai
dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan
bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi (tubrukan lempeng tektonik), dimana lempeng
samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut
naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di
atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang
jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
mega-tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
(Sumber: Maulana, http//:maul4n4.multiply.com/journal/item)
Diakses 14 Oktober 2009 jam 09.00.
Pada tanggal 26
Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh dan disusul
dengan Tsunami yang menyerang pesisir barat pulau Sumatera. Provinsi Nangroe
Aceh Darusallam dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara adalah wilayah terparah yang
diporak poranda diterjang air bah. Kerugian material yang diakibatkan bencana
ini ditaksir hampir ratusan trilyun rupiah. Banyak sarana-sarana transportasi,
komunikasi, dan infrastruktur lainnya hancur ditelan gelombang air pasang ini. Kota yang dulunya dipadati oleh rumah-rumah penduduk dan
bangunan batu, kini hampir rata dengan tanah. Ratusan ribu nyawa melayang.
Dalam waktu sekejap mayat-mayat bergelimpangan disepanjang jalan dan dibiarkan
membusuk tanpa ada yang merawatnya. Bencana ini kini tidak saja dirasakan oleh
mereka yang terkena langsung, tetapi
dirasakan oleh segenap masyarakat dunia.
Tsunami di Aceh itu terjadi karena
gempa bumi pada jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. (sumber:http//:id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Samudra_Hindia_2004), diakses 14 Oktober 2009.
Gempa di lepas pantai Aceh itu berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan merupakan gempa bumi terdahsyat
dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa yang mengakibatkan tsunami itu menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di
8 negara. Ombak tsunami setinggi 30 meter. Bencana ini merupakan kematian
terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Langka, India, dan Thailand
merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. (Sumber: wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, http//: id.wikipedia.org/ wiki/Gempa_bumi). Diakses 14 Oktober 2009.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh
perlepasan (tenaga) yang terjadi karena pergeseran lempeng tektonik seperti
layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori
dari tektonik plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
beberapa lapisan batuan, sebagian besar daerah dari lapisan kerak itu akan
hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga
berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan
aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan
lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng
merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang
melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng
tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 pagi hari, pukul 05.54 WIB.
Penyebab terjadinya gempa bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempeng tektonik yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan
tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah
gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut.
Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam
kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan
litosfer yang terjepit
kedalam mengalami transisi
fase pada kedalaman lebih
dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat
menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi (dikenal sebagai gempa
volkanik). Beberapa gempa bumi juga terjadi karena menumpuknya massa air yang
sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia (gempa seperti ini jarang terjadi), Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena
injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa
pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari
peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes
rahasia senjata
nuklir yang dilakukan
pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Letusan Gunung Api
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng tektonik. Pada batas
lempeng tektonik inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Magma akan mengintrusi/menerobos batuan atau lapisan bahan lain di
sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari
jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk
tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan.
Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.
Bahaya letusan gunung api dibagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya,
yaitu:
a) Bahaya Utama (Primer)
1)
Awan panas (neuu ardante), merupakan campuran
material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah
lereng akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung
secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya
sangat tinggi, antara 300 – 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi,
> 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
2) Lontaran material (berupa bom, lapili, debu
pijar), terjadi ketika letusan berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi
letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi
(>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga
mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga
disebut sebagai “bom vulkanik”
3) Hujan abu lebat, terjadi ketika letusan
gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus)
yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari
arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya
bagi pernafasan, mata, mencemari air tanah, merusak tumbuh-tumbuhan dan
mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan
korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
4) Lava, merupakan magma yang mencapai
permukaan, sifatnya cair/liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 –
1200ºC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar
apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu
(batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batuan beku.
5) Gas racun, muncul tidak selalu didahului oleh
letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun
rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S,
HCl, SO2, dan CO. Yang sering menyebabkan kematian adalah gas CO2.
Beberapa gunung api yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah
Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api
Papandayan.
6) Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung
api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi
yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang
tsunami. Makin besar volume material letusan
makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan
Gunung Krakatau tahun 1883.
b) Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses
peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan
material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat
musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan
tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut
disebut lahar.
Mitigasi (Upaya Penanganan) Bencana Alam
Setiap bencana memerlukan tindakan
prioritas dan kebutuhan informasi yang relatif berbeda. Prioritas tindakan dan
kebutuhan informasi pada waktu bencana gempa bumi akan berbeda dengan bencana
banjir. Namun secara umum, informasi yang dibutuhkan pada waktu penanganan
bencana adalah:
(1) wilayah serta lokasi geografis bencana dan perkiraan populasi,
(2) status jalur transportasi dan sisem komunikasi,
(3) ketersediaan air bersih, bahan makanan, fasilitas sanitasi dan tempat hunian,
(4) jumlah korban,
(5) kerusakan, kondisi pelayanan, ketersediaan obat-obatan, peralatan medis
serta tenaga di fasilitas kesehatan,
(6) lokasi dan jumlah penduduk yang menjadi pengungsi, dan
(7) estimasi jumlah yang meninggal dan hilang.
Pada tahap awal, tindakan
kemanusiaan dan pengumpulan informasi dilakukan secara simultan. Pengumpulan
data harus dilakukan secara cepat untuk menentukan tindakan prioritas yang
harus dilakukan oleh manajemen bencana. Data ini bias diperoleh misalnya dari
peta ataupun citra penginderaan jauh. Misal Peta Rupabumi untuk menentukan
lokasi bencana longsor tanah. Penggunaan Global
Positioning Systems (GPS) berperan penting dalam menentukan lokasi tempat pengungsi
maupun fasilitas kesehatan. Data tersebut dapat digabungkan dengan data spatial
dari satelit. sebagai contoh,pPada awal kejadian tsunami di Aceh, gambar
satelit dari Quick Birds sangat
bermanfaat untuk mengestimasikan cakupan bencana serta perkiraan sarana
transportasi yang rusak. Data spatial tersebut selanjutnya digabungkan dengan
informasi mengenai jumlah maupun distribusi pengungsi, ketersediaan air bersih
serta bahan makanan akan memberikan masukan penting bagi koordinasi dan
manajemen pada fase tanggap darurat.
Mitigasi Bencana Gunung Berapi
Mitigasi bencana gunung berapi ialah upaya memperkecil jumlah korban jiwa
dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu
dilakukan:
a) Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau
selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil
pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi
menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
b) Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh
DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain
mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim
ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
c) Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan
bencana.
d) Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda
Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk
buku, peta dan dokumen lainya.
e) Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi
kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar
gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada
Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat. (Sumber: Panduan Pengenalan
Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set BAKORNAS PBP;
Leaflet Set. BAKORNAS PBP dan Gunung Api. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi 2006.
Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi
·
Mengenali daerah
setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
·
Membuat
perencanaan penanganan bencana.
·
Mempersiapkan
pengungsian jika diperlukan.
·
Mempersiapkan
kebutuhan dasar.
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi:
·
Hindari daerah
rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran-lahar.
·
Ditempat terbuka,
lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
·
Persiapkan diri
untuk kemungkinan bencana susulan.
·
Kenakan pakaian
yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi
dan lainnya.
·
Jangan memakai lensa kontak.
·
Pakai masker atau
kain untuk menutupi mulut dan hidung.
·
Saat turunnya awan
panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
·
Jauhi wilayah yang
terkena hujan abu.
·
Bersihkan atap
dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan.
·
Hindari
mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin.
Rangkuman
|
Kasus/Permasalahan
1.
Sebutkanlah
bencana alam yang pernah terjadi di daerahmu?
2.
Bagaimana korban
yang yang ditimbulkan?
3.
Tindakan apakah
yang harus dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam?
http://act.id
ReplyDeletehttp://blog.act.id
bencana alam bs disebabkan oleh ulah manusia itu sndiri krna kurang wawasan atau kesadaran